Saturday, 20 January 2018

Nikmat Di Awal Sengsara Di Akhir !!!



 Nikmat Di Awal Sengsara Di Akhir !!!


Seorang Pemimpin bukanlah suatu perkara yang ringan. Terkadang karenanya bisa menjadi jalan menuju neraka, tetapi sebaliknya menjadi jalan ke Syurga. Allah Swt memberikan penghargaan yang tinggi kepada pemimpim-pemimpin yang adil bahkan termasuk salah satu pemilik doa terkabul.Bonus bagi pemimpin yang adil adalah :
“Tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya: (1) Seorang imam yang adil (2) Seorang pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan beribadah kepada Allah. (3) Seorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid. (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. (6) Lelaki yang diajak seorang wanita yang cantik dan terpandang untuk berzina lantas ia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”. (5) Seorang yang menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (6) Seorang yang berdzikir kepada Allah seorang diri hingga menetes air matanya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Abu Hurairah RA telah meriwayatkan, bahwa Nabi Saw bersabda :
“Tiga doa yang tidak tertolak: Doa pemimpin yang adil, orang yang puasa hingga berbuka, dan doa orang yang dizhalimi” [HR. at Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Pemimpin harus Tegas
‘Aisyah RA berkata,”Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW membalas dendam terhadap kezhaliman yang dilakukan terhadap beliau. Hanya saja, bila sesuatu dari hukum Allah dilanggar, maka tidak ada satupun yang dapat menghadang kemarahan beliau SAW.”

Nikmat di Awal (bisa jadi) sengsara di Akhir
Rasulullah SAW bersabda, ”Kelak, kalian akan tergila-gila dengan kekuasaan. Padahal, kekuasaan akan membuahkan penyesalan di hari kiamat. Nikmat di awal, sengsara di akhir.” (HR Bukhari).

Hadist tersebut merupakan nubuwat Rasulullah SAW, yang mungkin sekarang terjadi, sekaligus teguran agar sebaiknya orang Mukmin untuk tidak mudah-mudah bernafsu merengkuh kekuasaan. Sebab, pada umumnya kekuasaan (jika tidak amanah) hanya akan mengakibatkan kesengsaraan, baik itu di dunia maupun akhirat.

Saat kekuasaan ada di genggaman jiwa yang hampa penuh bisikan, segala kenikmatan seolah yang datang hanyalah wibawa, kekayaan, penghormatan, pujian, dan sebagainya.
Namun, tatkala kekuasaan lenyap, maka lenyap pula segala kenikmatan itu, bahkan mungkin berganti dengan kesengsaraan: dituntut di hadapan manusia atau Tuhan.

Inilah yang dimaksud Rasulullah SAW dengan ”Nikmat di awal, sengsara di akhir.”
Namun demikian, bukan berarti kekuasaan tidak boleh didekati. Dalam hal ini, Rasulullah SAW memberi batasan, ”Sebaik-baik sesuatu adalah kekuasaan bagi orang yang mengambilnya dengan hak. Dan, seburuk-buruk sesuatu adalah kekuasaan bagi orang yang mengambilnya tanpa hak, dan itu akan membuatnya menyesal di akhirat.” (HR Thabrani).


Suatu ketika Abu Dzar berkata kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasulullah, tidakkah engkau berniat mengangkatku?” Rasulullah SAW menjawab, ”Engkau ini lemah. Sedangkan kekuasaan adalah amanah. Kekuasaan akan menjadi kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan hak dan melaksanakan kewajibannya.” (HR Muslim).


Imam Nawawi berkata, ”Ini adalah dasar hukum untuk menjauhi kekuasaan, terutama bagi orang yang lemah, yakni orang yang tidak memiliki kecakapan dan integritas ( ‘adl ). Bila ia mendekati kekuasaan, ia akan menyesal dan mendapat kehinaan di akhirat, atas apa yang telah ia sia-siakan (selama memegang kekuasaan). Sedangkan bagi orang yang cakap dan mampu menjaga integritas, maka kekuasaan itu akan menjadi ladang pahala yang besar.”


Kekuasaan memang bisa membuat orang lalai. Siapa pun yang bersentuhan dengannya, jika tidak kuat iman, akan menjadi lupa diri. Yang berhasil meraihnya boleh jadi akan bertindak semena-mena.

Dan, yang tidak berhasil meraihnya pun, mungkin bisa menjadi ‘gila’.Mungkin, sabda Rasulullah SAW berikut perlu kita renungkan, ”Kekuasaan, pertamanya adalah perebutan, selanjutnya adalah penyesalan, dan akhirnya adalah siksaan akhirat, kecuali bagi orang yang mampu menjaga integritas.” (HR Bazzar dan Thabrani).


Pemimpin yang paling baik ialah pemimpin yang ikut berbagi bersama rakyatnya. Rakyat mendapat bagian keadilan yang sama, tidak ada yang diistimewakan. Sehingga pihak yang merasa kuat tidak memiliki keinginan melakukan kezhalimannya. Adapun pihak yang lemah tidak merasa putus asa mendapatkan keadilan. Dalam sebuah kata-kata hikmah disebutkan: Pemimpin yang baik, ialah pemimpin yang orang-orang tak bersalah merasa aman dan orang-orang yang bersalah merasa takut. Pemimpin yang buruk, ialah pemimpin yang orang-orang tak bersalah merasa takut dan orang-orang yang bersalah merasa aman.”


Doa untuk Pemimpin Negeri
 “Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”

No comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

sigma2

Comments system

[blogger][disqus][facebook]