Monday, 8 January 2018

Bahaya Mencintai Kehormatan Dan Harta



Tidaklah dua serigala lapar yang datang ke kandang domba itu lebih dahsyat kerusakan (yang ditimbulkannya) dibandingkan cinta harta dan kemuliaan.

MENCINTAI kehormatan dan harta, serta sangat tamak dalam memperoleh keduanya, termasuk perbuatan tercela sekali. Allah Ta’ala berfirman, “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Qashash [28]: 83).


Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al Munaafiquun [63]: 9). Allah Ta’ala berfirman lagi: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)… ” (At-Taghaabun [64]: 15).

Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah dua serigala lapar yang datang ke kandang domba itu lebih dahsyat kerusakan (yang ditimbulkannya) dibandingkan cinta harta dan kemuliaan yang berada dalam agama seorang muslim.”

Itu artinya bahwa mencintai harta dan kehormatan itu dapat merusak agamanya secara lebih dahsyat daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh dua serigala lapar yang datang ke kandang kerumunan domba. Jadi barangsiapa yang begitu menginginkan kehormatan dan harta, menuntut rumah yang mewah, dikagumi oleh orang-orang, maka ia akan menghadapi bencana-bencana yang banyak, seperti takabur, riya’, suka berhias dan berpura-pura, meninggalkan sikap tawadhu’ kepada orang lain, benci ketidakpopuleran (suka popularitas), dan bencana-bencana lainnya.

Di dalam hadits diterangkan: “Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertakwa, tersembunyi (tidak populer), dan berdebu (rendah hati).”

Di dalam hadits itu diterangkan, “Mungkin saja orang yang kusut lagi berdebu yang hanya memiliki dua kain usang dan tidak dipedulikan, kalau ia mengajukan kebutuhannya kepada Allah (berdoa) maka (Allah) bermurah hati kepadanya (mengabulkan do’anya).” Siapa yang sangat menginginkan harta maka ia mendapatkan bahaya-bahaya dan ujian yang besar, kalau Allah tidak menjaga dan menolongnya dengan rahmat-Nya.

Cinta dan tamak kepada kehormatan dan harta sangatlah tercela. Begitu juga dengan terlalu boros dalam menggunakannya. Sementara itu, untuk mencapainya orang rela berusaha dengan berbagai cara yang mungkin dilakukan. Tidak peduli apakah cara itu boleh ataukah tidak. Serta mereka juga mau bersabar dalam kesibukan mencarinya daripada menyempatkan waktu untuk beribadah dan berdzikir kepada Allah. Sebagaimana hal ini sering terjadi pada orang-orang yang sedang diuji lagi lalai dari mengingat Allah.

Adapun orang yang berusaha mencarinya dengan niat yang benar, yaitu untuk menolong akhiratnya, menjaga agama dan dirinya dari penindasan orang-orang yang zalim, serta agar tidak meminta-minta kepada orang lain, menyibukkan dirinya dari beribadah dan berzikir kepada Allah, serta bertakwa dan takut kepada-Nya, maka semua ini boleh saja dan tidak berdosa. Insya Allah.

Namun bagaimana pun, orang yang sedikit keinginan terhadap kehormatan dan dunia, serta tidak terlalu mencintai keduanya, akan lebih selamat dan merupakan tindakan yang sangat hati-hati dan lebih dekat kepada takwa. Demikianlah menurut petunjuk orang-orang salafush-shalih.*/Syaikh ‘Abdullah bin ‘Alawi Al Hadad, dari bukunya Pancaran Iman Seorang Muslim

No comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

sigma2

Comments system

[blogger][disqus][facebook]