SESUNGGUHNYA tiga hal ini merupakan
sebab terbesar dari sebab-sebab berkurangnya iman. Barangsiapa yang terjangkit
kelalaian, disibukkan oleh kelupaan, sehingga ia pun berpaling karenanya, maka keimanannya akan
berkurang dan melemah sesuai keberadaan ketiga perkara tersebut padanya atau
juga sebagian dari ketiganya. Hal tersebut juga memberikan dampak baginya
berupa sakitnya hati, atau bahkan matinya hati tersebut karena bercokolnya syahwat
dan syubhat atas dirinya.
Ada pun lalai, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mencela di dalam kitab-Nya, dan menggambarkan bahwa lalai adalah
akhlak tercela yang merupakan salah satu akhlak orang-orang kafir dan munafik.
Allah pun
memperingatkan tentang kelalaian dengan peringatan yang keras, sebagaimana Dia
berfirman,
“Dan sesungguhnya, akan Kami isi neraka Jahanam
banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat
Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 179)
Lalai merupakan penyakit berbahaya bila seseorang telah terjangkit dan
penyakit tersebut bercongkol pada dirinya. Maka ia tidak akan menyibukkan diri
dengan ketaatan kepada Allah, berdzikir mengingat-Nya, dan beribadah kepada-Nya, akan tetapi
menyibukkan diri dengan berbagai perkara yang sia-sia dan jauh dari dzikir
mengingat Allah.
Jika ia melakukan salah satu amal saleh, maka amalan tersebut tidak
dibalut dengan sifat khusyu, tunduk, kembali (taubat), rasa takut, dan tidak terburu-buru, benar,
dan ikhlas. Demikianlah pengaruh kelalaian yang buruk terhadap keimanan.
Ada pun berpaling, maka Allah telah menggambarkan di dalam Al-Qur’an
bahwa sifat tersebut memiliki banyak pengaruh yang buruk, dengan akibat dan hasil yang
jelek. Allah menyifati orang yang berpaling sebagai tiada seorang pun yang
lebih zalim darinya dan ia termasuk golongan orang-orang pendosa. Hal ini
sebagaimana firman Allah,
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan
memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22).
Orang yang berpaling akan Allah jadikan hatinya tertutup dan terkunci,
sehingga ia tidak memahami
dan tidak mendapat petunjuk untuk selama-lamanya. Sebagaimana di dalam
firman-Nya,
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan
melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan
hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan
pula) sumbatan di telinga mereka. Kendati pun engkau (Muhammad) menyuru mereka
kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi: 57).
Kemudian keberpalingannya akan menyebabkan kehidupannya menjadi sempit,
baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana Allah berfirman,
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sungguh dia akan
menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat
dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124).
Selanjutnya Allah juga menggambarkan bahwa orang yang berpaling dari
mengingat Allah niscaya akan dijadikan baginya teman dekat dari kalangan setan-setan. Maka setan-setan
itu pun merusakkan agamanya. Hal ini sebagaimana firman Allah,
“Dan barangsiapa yang berpaling dari pengajaran
Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan
menjadikan teman karibnya.” (QS. Az-Zukhruf; 36)
Orang yang berpaling akan memikul dosanya kelak di hari Kiamat, dan akan
dimasukkan ke dalam azab yang sangat berat. Hal ini sebagaimana Allah swt
berfirman,
“Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad)
sebagian kisah yang
telah lalu, dan sungguh, telah Kami berikan kepadamu suatu peringatan
(Al-Qur’an) dari sisi Kami. Barangsiapa berpaling dari (Al-Qur’an), maka
sesungguhnya dia akan memikul beban yang berat (dosa) pada hari Kiamat.” (QS. Thaha: 99-100).
Juga ayat-ayat lainnya yang Allah menggambarkan di dalamnya tentang bahaya keberpalingan
(dari mengingat Allah). Di antara bahaya dan keburukannya yaitu, keberpalingan
merupakan penghalang dari keimanan dan menjadi penghalang lain bagi orang yang
belum beriman, dan dapat melemahkan dan meredupkan iman orang yang telah beriman. Berdasarkan
keberpalingan seseorang itulah ia akan mendapatkan bagian dari bahaya dan
akibat buruknya ini.
Ada pun lupa, yaitu seseorang meninggalkan aturan yang diamanatkan untuk dijaga. Boleh jadi
karena kelelahan hatinya, atau karena kelalaian. Boleh jadi juga karena memang
bermaksud seperti itu, hingga dzikirnya diangkat dari hati, maka hal ini
memiliki dampak yang luar biasa terhadap iman. Ini merupakan salah satu sebab dari sekian banyak sebab
yang dapat melemahkan iman. Ketaatan akan menjadi sedikit, sementara
kemaksiatan akan menjadi banyak dan mendominasi.
Lupa sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi dua macam:
1. Lupa pada seseorang yang tidak memiliki udzur padanya, yaitu lupa yang berasal dari
kesengajaannya, sebagaimana firman Allah,
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa
kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka
itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr:
19)
2. Lupa seseorang yang memiliki udzur padanya, yaitu apa saja yang sebabnya bukan berasal dari dirinya. Hal ini sebagaimana firman Allah,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya. (Mereka
berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah
kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka
tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Seorang muslim
dituntut untuk berjihad melawan nafsunya, dan menjauhkan dirinya dari
terjerumus dalam kelupaan, sehingga tidak membahayakan bagi agama dan
imannya.*/Sudirman STAIL (sumber buku: Sebab-sebab Bertambah dan Berkurangnya Iman, penulis Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad
Al-Badr)
No comments:
Post a Comment