KEPRIBADIAN Muslim mempunyai ciri yang begitu menonjol, yang
membedakannya dari kepribadian lain. Ciri itulah kekuatan yang mendorong serta
memerintahkannya untuk menempuh cara-cara yang baik, makruf, serta menjadikannya manusia perkasa, tidak
lari dari perjuangan.
Berada di pihak yang benar, ia tak takut sedikit pun, serta tidak
meremehkan untuk memerintahkan kepada kebajikan dan melarang kemungkaran. Sebab
di dalam jiwanya tak ada sifat pengecut. Itulah sosok yang kuat nyalinya. Jika
menghadap kepada Penciptanya untuk beribadah, semua anggota tubuhnya senantiasa
bersemangat. Dan manakala menghadapi kesulitan dan penderitaan, ia bersabar,
ridha, serta memohon pertolongan kepada-Nya.
Selain itu, ia adalah sosok yang tidak mudah terpedaya oleh angan-angan dan ilusi-ilusi
dusta. Perkara-perkara yang telah berlalu, juga tidak menjadikannya terpedaya.
Semua itu karena ia selalu optimis menatap masa depannya, tulus, penuh
keyakinan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
Jika demikian,
kekuatan apakah itu? Sebuah kekuatan yang menjadikan kepribadian Muslim mampu
mengarungi badai kehidupan, menyingkirkan segala kesulitan dengan nyali yang
tak pernah melemah dan semangat pantang menyerah. Tak lain, kekuatan itu adalah
kekuatan iman kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala, serta ketulusan hubungan dengan-Nya. Itulah
kekuatan yang pernah diisyaratkan oleh Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam, dan nyali seorang Muslim diharapkan bisa bangkit karenanya. Abu
Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda,
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai daripada orang
mukmin yang lemah. Tamaklah dalam setiap kebaikan yang bermanfaat bagimu, dan
mohon pertolonganlah kepada Allah. Dan janganlah lemah. Jika ditimpa sesuatu,
janganlah engkau
mengatakan, ‘Seandainya aku melakukan begini, tentu kejadiannya begini dan
begitu’. Namun katakanlah, ‘Inilah ketentuan Allah. Jika Dia berkehendak,
niscaya melakukannya.’ Sebab jika ia mengatakan seperti ‘Seandainya…’, hal itu
membuka pintu bagi setan.”
(Muslim).
Orang mukmin yang kuat mempunyai dua unsur penting dari berbagai unsur
penting dalam pembentukan kepribadian yang teguh. Pertama, unsur iman. Kedua, unsur kekuatan. Sehingga, selain beriman, ia pun mempunyai kekuatan.
Jika ia hanya beriman tanpa kekuatan, tak pelak lagi imannya itu adalah iman yang lemah. Namun
jika ia kuat saja, tidak disertai iman, maka kekuatannya tak berbeda dengan
binatang.
Orang mukmin yang berkepribadian kuat, sesekali tak akan melemah, apalagi
lesu tanpa daya. Ia tak menjadi tawanan bagi dorongan-dorongan biologisnya. Ia tak sekadar
mengikuti hawa nafsu. Jiwanya tegar, bertingkah laku dan bertindak layaknya
orang-orang berakal, yang beramal demi keberuntungan setelah kematian. Syadad
bin Aus ra. menuturkan bahwa Rasulullah Shalallaahu
‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,
“Orang yang berakal adalah orang yang menguasai nafsunya serta beramal
untuk kehidupan setelah mati. Sementara orang yang lemah adalah orang yang
jiwanya mengikuti hawa nafsu lantas kepada Allah menaruh impian dan angan-angan.”
(Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim).
Rasulullah berlindung kepada Allah dari ketakberdayaan serta beberapa
unsur kerendahan dan kehinaan yang melemahkan iman. Anas bin Malik ra
menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
ketakberdayaan, malas, takut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa
kubur serta fitnah kehidupan dan kematian.” (Muslim).*/DR. Ahmad Umar Hasyim, dari bukunya Menjadi Muslim Kaffah
Rep: Admin Hidcom
Editor: Syaiful Irwan
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update
Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
No comments:
Post a Comment