Sahabat Majelis
Ilmu Salaf. Mempunyai anak-anak
adalah dambaan dan kebanggan setiap ayah bunda. Mereka adalah hasil
cinta kasih kedua orang tuanya, buah hati, pelipur lara, pelengkap keceriaan
rumah tangga, penerus cita-cita sekaligus investasi pelindung orang tua terutama ketika mereka
sudah dewasa dan orang tua sudah berusia lanjut.
Namun, tidak bisa dipungkiri kenyataan hidup di dunia ini bahwa ada juga
anak-anak tercinta itu yang malah membuat orang tuanya menderita baik di dunia
dan bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidak ada lagi. Na’udzubillah
Tidak ada orang tua yang mengharapkan anaknya akan menyeretnya ke neraka.
Mereka tentunya mendambakan dan mengharapkan anak-anaknya kelak bisa
membahagiakannya, menjadi penyejuk hati dan mata baik dunia terlebih lagi ketika kita sudah
tidak ada di dunia ini. Bahkan menjadi penyebab masuk syurga.
Sahabatku, di dalam Al-Qur’an telah diterangkan 4 macam tipe kedudukan
anak dalam hubungannya dengan orang tuanya.
Apakah itu? Mari simak baik-baik pengabaran Al Qur’an berikut ini :
1. FITNATUN (Ujian)
1. FITNATUN (Ujian)
Dalam QS. Al Anfaal 8 : 28
Artinya : ” Dan ketahuilah,
bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar”.
Sebagai Fitnatun (fitnah/cobaan) Fitnah yang dapat terjadi pada orangtua
adalah manakala anak-anaknya terlibat dalam perbuatan yang durhaka. Seperti
mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, penipuan, atau
perbuatan-perbuatan lainnya yang intinya membuat susah dan resah orang tuanya.
2. ZIINATUN HAYAT (Perhiasan Dunia)
Perhatikan Q.S. Al Kahfi 18 : 46
Artinya : “Harta dan
anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.”
Sebagai ziinatun (hiasan untuk kedua orang tuanya) Perhiasan yang
dimaksud adalah bahwa orangtua merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai
prestasi yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan terbawa baik
namanya di depan masyarakat.
3. QURROTA
A’YUN (Penyejuk Hati)
Simak dalam QS Al Furqaan 25 : 74
Artinya : “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”
Sebagai Qurrata a’yun (penyejuk hati kedua orang tua). Ini kedudukan anak
yang terbaik yakni manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukan mata kedua orangtuanya. Mereka
adalah anak-anak yang apabila ditunjukkan untuk beribadah, seperti shalat,
mereka segera melaksanakannya dengan suka cita.
Apabila diperintahkan belajar, mereka segera mentaatinya. Mereka juga anak-anak yang baik
budi pekerti dan akhlaknya, ucapannya santun dan tingkah lakunya sangat sopan,
serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4. ‘ADUWWUN (Musuh)
Inilah yag paling dikuatirkan, simak QS. At Taghaabun 64 : 14
Artinya : “Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Sebagai ‘Aduwwun ( musuh orang tuanya) Yang dimaksud anak sebagai musuh adalah apabila
ada anak yang menjerumuskan bapaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
tidak dibenarkan oleh agama.
Kita mungkin pernah atau bahkan sering diperlihatkan, ditampakkan oleh
yang Maha Kuasa betapa ayat-ayat Allah itu terbukti dalam alam kehidupan manusia.
Kenyataan kehidupan menunjukkan bahwa tidak sedikit anak yang berseteru
dengan orang tuanya, misalnya orang tua yang diperkarakan oleh anaknya akibat
perebutan harta warisan, anak yang menuntut hal berlebihan diluar kesanggupan orang tuanya bahkan
sampai membunuh, Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Ada juga contoh yang lagi “musim” sekarang diberitakan oleh media
cetak ataupun elektronik tentang tawuran para pelajar sampai ada yang meregang
nyawa, Ya Allah miris kita kalau melihat/membaca berita seperti itu.
Ada juga anak yang lebih mencintai kekasihnya ketimbang aqidahnya
sehingga dengan mudah ia menggadaikan agamanya, Innalillahi.
Jika sudah begini bukan saja menyiksa orang tua di dunia tapi tentunya
akan sampai perhitungannya di akherat sana. Sering terlihat oleh kita, orang tua yang merasa
puas dan bangga ketika melihat anaknya sukses menapaki karir kehidupan dunia,
harta melimpah ruah namun anak-anaknya jauh dari nilai-nilai agama.
Kebanggaan orang tua yang seperti itu tidaklah hakiki. Benar bahwasannya kehidupan dunia
itu hanyalah permainan dan senda gurau
Artinya : “Dan kehidupan
dunia ini hanya senda
gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang
sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui”- (Q.S. Al-‘Ankabut 29 : 64).
Berbagai macam contoh nyata tampak dihadapan. Namun tak jarang pula kita
temui orang tua yang sangat beruntung dan berbahagia memiliki anak-anak yang tetap dalam nilai-nilai
agama.
Mereka penyejuk kedua orang tuanya, penentram hati ibu dan bapaknya.
Merekalah yang dikabarkan Al Qur’an sebagai Qurrata A’yun. Walaupun harta
melimpah tapi tak melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Bisa dikatakan hal itu dijadikan mereka sebagai jembatan dan bekal hidup
di akherat nanti.
Beruntungnya mereka yang memiliki anak-anak seperti ini, Robbi habli
minassholihin Ya Rabb, Aamiin-.
Ada juga yang dihimpit “sempitnya” kehidupan tapi mereka tetap bersabar dan terus
mensyukuri nikmat dari Allah.
Bersyukurlah dan teruslah tambah rasa syukur kita semua yang berhasil
mengantarkan anak-anak kita untuk menjadi Qurrata A’yun tidak hanya di dunia
tapi bekal untuk di akherat nanti.sebagaimana termaktub dalam hadits Nabi :
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang
sholeh”(HR. Muslim )
Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah
berikan kepada setiap orang tua. Oleh karena itu orang tua hendaknya
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya, agar mereka tumbuh
menjadi anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani, dan barakhlaqul karimah serta memiliki
intelegensi yang tinggi.
Anak dapat membuat senang hati kedua orang tuanya, manakala anak tersebut
berbakti kepada mereka, serta taat dalam menjalankan ibadahnya.
Namun anak juga dapat membuat susah kedua orang tuanya manakala anak tersebut tidak berbakti
kepadanya, serta tidak taat beribadah, apalagi kalau sampai terlibat atau
tersangkut dalam masalah kriminalitas atau kenakalan remaja yang lain.
Dari ke-empat kedudukan anak tersbut, tentu sebagai orang tua menginginkan agar
anak-anaknya termasuk ke dalam kelompok qurrota a’yun. Namun untuk mencapainya
diperlukan keserisuan dan ketekunan orang tua dalam membina mereka.
Orang tua hendaknya menjadi figure atau contoh buat anak-anaknya. Karena
anak merupakan cermin
dari orang tuanya.
Jika orangtuanya rajin shalat berjama’ah misalnya, maka anak-pun akan
mudah kita ajak untuk shalat berjama’ah.
Jika orang tua senantiasa berbicara dengan sopan dan lembut, maka
anak-anak mereka-pun akan mudah menirunya.
Kemudian, orang
tua hendaknya menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang baik dan berkualitas,
juga mempraktikkan amalan-amalan sunnah di sekolah.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah orangtua hendaknya memperhatikan
pergaulan anak-anaknya di dalam masyarakat. Karena teman juga sangat berpengaruh kepada perkembangan
kepribadian serta akhlak anak-anak mereka.
Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan dalam membina dan
mengarahkan anak-anak kita kepada kelompok qurrota a’yun, sehingga mereka
menjadi penyejuk hati, dan pembawa kebahagiaan bagi kedua orangtuanya baik di dunia maupun di
akhirat.
Kiriman : Jamaah MPI
No comments:
Post a Comment