Jika sudah terperangkap dalam kotak kecil maka hilanglah indahnya Islam, berubah menjadi agama kebencian dan gelap
"Berapa banyak orang yang mencela pendapat yang benar, ternyata sumber bencananya
adalah salah dalam memahami."
DI ANTARA nasehat emas dan bahkan mutiara dari Imam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, adalah:
قال الإمام أحمد
رحمه الله:
“إخراج الناس من السنة شديد”.
رواه أبو بكر بن الخلال رحمه الله في السنة بإسناد صحيح ١/٣٧٣، رقم: ٥١٣”
“Mengeluarkan orang dari Sunnah itu adalah berat”. [Diriwatkan oleh Abu
Bakar bin Al-Khallal rahimahullah dengan sanad shahih dalam As-Sunnah 1/373, nomer 513]
Maksudnya kita jangan mudah menuduh seseorang telah keluar dari Sunnah
dan bahkan menuduhnya sebagai ahli bid’ah jika orang tersebut masih meyakini
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah itu adalah yang telah disepakati oleh para Salafush Shaleh dari kalangan Sahabat Nabi, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in, dan telah dituliskan dalam kitab-kitab aqidah
seperti kitab “Al-Aqidah Ath-Thahawiyah” karya Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Abu Ja’far
Ahmad bin Muhammad bin Salamah Al-Azdi Al-Hijri Al-Mishri Ath-Thahawi (wafat 321 H), kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang diterima oleh Empat Madzhab; Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hanbali rahimahumullah.
Paling berat bagi saya sendiri adalah jika ada orang menuduh saya telah keluar dari Sunnah dan
bahkan menuduh saya sebagai ahli bid’ah. Ini adalah tuduhan luar biasa dahsyatnya dan
pasti akan saya tuntut pelakunya di hadapan Allah kecuali jika bertaubat dan
memohon maaf serta mencabut tuduhan tersebut sebagaimana telah menyebarkannya.
Islam dan Sunnah adalah pilihan saya, diantara doa yang setiap hari saya
panjatkan kepada Allah adalah agar Allah menjadikan saya istiqamah dalam Islam
dan Sunnah dan mewafatkan saya dalam Islam dan Sunnah.
Pesan moral dan inti dari semua statement atau pernyataan saya selama ini ada dua;
Pertama, jangan mudah menuduh sesat orang atau kelompok lain diluar kelompok kita.
Kedua, kita harus pandai dan cermat membedakan antara masalah prinsip dan bukan
prinsip.
Para ulama berkata:
“Berapa banyak orang yang mencela pendapat yang benar, ternyata sumber
bencananya adalah salah dalam memahami.”
Hendaklah kita berhati-hati dari mempercayai berita apa saja atau menukil
perkataan apa saja yang kita belum yakin darinya.
Janganlah segala sesuatu yang kita lihat atau dengar itu langsung kita percaya, tapi tenang
dulu dan jangan terburu-buru.
Ada dua tahapan yang harus kita lakukan jika kita mendapat berita:
Pertama, kita teliti kebenarannya. Jika tidak benar maka langsung kita buang dan
kita beritahu orang
yang menyebarkannya tentang ketidakbenaran berita tersebut.
Kedua, jika terbukti benar maka perlu kita pertimbangkan manfaat dan madharatnya
jika kita menyebarkannya. Jika bermanfaat maka kita sebarkan, dan jika tidak
bermanfaat bahkan bermadharat maka tidak kita sebarkan.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS 49 Al-Hujurat, ayat 6]
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Cukuplah bagi seseorang itu suatu dosa (kebohongan)
jika ia menceritakan semua yang ia dengar.” [Hadits Shahih]
Semoga Allah lindungi kita semua dari kejahatan siapa saja yang bermaksud jahat kepada kita.
Ya Allah berilah hamba rizki istiqamah dalam Islam dan Sunnah dan
wafatkanlah hamba dalam Islam dan Sunnah, yaa Robb.*
Malang, Selasa 13 Jumadal Tsaniyah 1437 / 22 Maret 2016
Hamba Allah yang selalu berharap petunjuk, ampunan dan kasih sayangNya
@AbdullahHadrami
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment