Mewaspadai Keburukan Disekitar Kita
Barangkali orang yang berbuat maksiat melihat badan dan hartanya selamat
sehingga ia mengira bahwa ia tidak disiksa, padahal kelalaiannya
terhadap siksaan yang akan diperolehnya itu sebenarnya adalah suatu
siksaan.
SEGALA sesuatu yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan yang terjadi padanya merupakan contoh peristiwa yang ada di
akhirat. Adapun mengenai makhluk di dunia, Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada
sesuatu di surga yang menyerupai apa yang ada di dunia kecuali dari segi
nama-namanya.”
Ini karena
Allah menghadirkan
kerinduan kenikmatan kepada kenikmatan yang lainnya dan menakut-nakuti dengan
berbagai bentuk azab. Adapun yang terjadi di dunia ini maka setiap orang yang
zalim disiksa di dunia atas kezalimannya, sebelum ia mendapatkan siksaan di
akhirat. Demikian
pula dengan setiap orang yang berbuat dosa.
“Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. an-Nisa: 123)
Barangkali
orang yang berbuat maksiat melihat badan dan hartanya selamat sehingga ia
mengira bahwa ia
tidak disiksa, padahal kelalaiannya terhadap siksaan yang akan diperolehnya itu
sebenarnya adalah suatu siksaan.
Orang bijak
berkata, “Kemaksiatan itu merupakan siksaan bagi kemaksiatan lainnya, sedang
kebaikan setelah kebaikan adalah balasan bagi kebaikan.”
Barangkali pula
siksaan di dunia itu berupa sesuatu yang tidak kasat mata, sebagaimana
dikatakan oleh sebagian dari rahib Bani Israil, “Hai Tuhan, aku berbuat durhaka
kepada-Mu, namun kenapa Engkau tidak menyiksaku ?” Maka dikatakan kepadanya, “Betapa banyak siksaan yang
Aku berikan, tapi engkau tidak menyadarinya. Bukankah Aku telah menghalangimu
memperoleh manisnya bermunajat dengan-Ku ?”
Barang siapa
yang memperhatikan siksaan jenis ini maka ia akan selalu waspada. Wuhaib bin
Al-Ward berkata ketika
ia ditanya, “Apakah orang yang berbuat maksiat itu mendapatkan lezatnya
ketaatan?” Maka ia menjawab, “Tidak pula orang yang ingin melakukannya.”
Tidak jarang
orang yang melepaskan pandangannya dengan bebas, lantaran itu Allah
menghalanginya dari melakukan iktibar atas penglihatannya atau lidahnya sehingga ia pun
terhalang memperoleh kejernihan hati. Barangkali juga ia memilih makanan yang
syubhat maka batinnya menjadi gelap, dihalangi dari shalat malam dan manisnya
munajat dan lain-lainnya.
Perkara seperti ini diketahui oleh
orang yang terbiasa mengintrospeksi diri (muhasabah). Adapun orang yang
bertakwa kepada Allah, maka akan mendapatkan balasan atas ketakwaannya dengan
sangat cepat. Ini sebagaimana dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Umamah bahwa Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Melihat kepada
wanita (bukan mahram) itu merupakan panah beracun daripada panah-panah setan.
Barang siapa yang meninggalkannya karena mengharapkan ridha-Ku maka Aku berikan
kepadanya keimanan, yang rasa manisnya akan ia dapatkan di dalam hatinya.”
Ini adalah
sekelumit dari bentuk yang banyak melalaikan seseorang. Adapun jika
berhadap-hadapan dengan perempuan secara nyata maka jarang sekali pandangan
bisa tertahankan. Di antaranya seperti yang disabdakan Nabi berikut,
“Tidur di pagi
hari itu menghalangi rezeki dan sesungguhnya seorang hamba itu benar-benar
terhalang dari rezeki karena dosa yang dilakukannya.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan
oleh mufasir bahwa setiap orang dari kaum Asbath memiliki 12 anak, sedangkan Nabi Yusuf datang
dengan 11 keinginan (godaan). Melihat kondisi tersebut maka orang yang memiliki
pandangan batin dapat melihat balasan itu dan memahaminya. Ini seperti yang
diucapkan Fudhail bin Iyad , “Sesungguhnya aku telah durhaka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, aku mengetahuinya dari sikap binatang
tungganganku dan budak perempuanku.”
Utsman
an-Nisaburi mengatakan bahwa tali sandalnya terputus ketika ia pergi ke shalat
Jumat, kemudian ia berhenti sebentar untuk memperbaikinya seraya berkata, “Ia tidak terputus kecuali
karena aku tidak mandi sunnah (sebelum) shalat Jumat.”
Di antara
keajaiban balasan di dunia itu adalah tatkala tangan saudara-saudara Nabi Yusuf
telah berbuat zalim, yaitu ketika mereka menjualnya dengan harga yang murah.
Sebagaimana
disebutkan di dalam Al-Qur’an,
“Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah,
yaitu beberapa dirham saja.” (QS. Yusuf: 20)
Dan ketika
Yusuf telah bersabar menahan diri dari godaan nafsu maka akhirnya ia pun
mendapatkan wanita tersebut secara halal. Padahal sebelumnya ketika wanita itu
menginginkannya, telah menuduhnya dengan mengatakan (seperti disebutkan dalam
firman Allah):
“Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk
terhadap istrimu.” (QS. Yusuf: 25) Maka kebenaran pun terungkap dengan pengakuannya sendiri,
sebagaimana firman Allah berikut, “Akulah yang menggoda dan merayunya.” (QS. Yusuf: 51).
Jika ada
seseorang yang meninggalkan maksiat karena Allah maka ia benar-benar akan
melihat buah dari itu. Demikian pula, jika ia melakukan ketaatan, sebagaimana disebutkan
dalam hadist, “Apabila kalian merasakan kemiskinan maka berniagalah bersama
Allah dengan bersedekah!” Yakin berhubunganlah dengan-Nya untuk menambah
keuntungan-keuntungan yang segera (di dunia).*/Sudirman STAIL (sumber buku: Be a Winner, Petuah-Petuah untuk Para Pemenang, penulis: Ibnul Jauzi)
Rep: Admin Hidcom
Editor: Syaiful Irwan
Berita ini juga
dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment