Kunci Amalah Yang Membuat Hidup Lebih Hidup
Jika hidup suka
melampiaskan kemarahan dan enggan memaafkan, maka dia memastikan diri
terperosok dalam ketidakbahagiaan
Gambar 1.1 |
MENJADI Muslim itu mudah, murah dan tentu saja berkah. Sebab semua dimensi
empiris dan material yang dijalani diliputi oleh dimensi spiritual yang
meneguhkan sekaligus menenangkan.
Oleh karena
itu, Islam selalu menganjurkan doa dalam setiap aktivitas yang umat Islam lakukan,
mulai dari bangun tidur sampai akan tidur lagi, banyak aktivitas yang harus
diawali dan ditutup dengan doa. Makan, minum, tidur, berkendara, memakai baju,
mandi, dan lain sebagainya.
Tetapi, mengapa
masih ada sebagian dari kita yang hidupnya galau, penuh amarah dan karena itu tidak bahagia? Boleh jadi
karena tidak memahami Islam atau belum benar-benar meresapi dan mengamalkan
ajaran Islam dengan baik dan konsisten.
Tetapi, amalan
di dalam Islam kan banyak sekali. Benar, dan karena itu mari kita lihat tiga di antaranya yang
merupakan amalan harian yang harus dilakukan oleh umat Islam.
Pertama, Shalat
Gambar 1.2 |
Shalat sebagai
tiang agama mencakup semua dimensi kehidupan, mulai dari gerak fisik, rasa,
pikir dan hati, dan yang paling menarik adalah sisi waktunya.
Orang yang
Shalatnya tertib akan memiliki kedisiplinan tinggi di dalam kehidupannya.
Misalnya soal disiplin waktu. Mereka yang istiqomah Shalat Shubuh apalagi tahajjud, hampir kecil
peluangnya untuk terlambat dalam aktivitas kerjanya. Lebih dari itu, wajahnya
berseri-seri, karena bangun di waktu yang tepat, yakni di waktu sahur atau
sebelumnya.
‘The mind must
be fully made up that
to rise early is a duty” (Pikiran harus sepenuhnya diarahkan untuk memahami bahwa bangun lebih
awal adalah tugas), demikian kata Benjamin Franklin memberikan motivasi.
Tetapi, bagi
kita, bangun lebih awal sebenarnya keuntungan besar, karena bisa menghadap Allah melalui beberapa
jenis Shalat. Mulai Shalat tahajjud, Shalat witir, Shalat sunnah fajar, sampai
Shalat Shubuh.
Katakanlah jika
kita tinggal di Jabodetabek, bangun jam 4 dini hari, maka sampai tiba waktu shubuh ada empat
jenis Shalat yang dilakukan secara berurutan. Artinya, gerak fisik untuk kesehatan tubuh telah
ditunaikan.
Dalam teori
kesehatan “physical activity” merupakan salah satu hal penting untuk menunjang
kesehatan dan tentu saja kebahagiaan seseorang.
Katherine
Zeratsky mengatakan, “Aktivitas fisik tidak saja baik bagi kita, tetapi juga
memberikan jalan (terbaik) untuk memanfaatkan waktu.”
Dengan bangun
lebih awal, kita tidak saja mendapatkan keesempatan menghirup oksigen dengan baik, tetapi juga
mendirikan Shalat yang memenuhi kriteria aktivitas fisik yang pada saat itu
pula juga bermunajat kepada Allah.
Jika ini
diamalkan, apakah mungkin hati seorang hamba diliputi selain dari pada ketentraman dan
keyakinan kepada Allah Ta’ala? Apakah mungkin masih ada kemalasan yang ingin
dilampiaskan?
Artinya, orang
yang melakukannya benar-benar akan bahagia dalam hidupnya.
Kedua, memafkan
Gambar1.3 |
Dalam hidup,
manusia tidak bisa lepas dari yang namanya interaksi dengan sesama. Dan, dalam interaksi itu
tentu saja ada hal-hal yang membutuhkan kebesaran jiwa.
Ketika sedang
berkendara misalnya, tiba-tiba ada pengendara lain yang secara mendadak
memotong jalan dan berbelok, yang kalau Allah tidak jadikan reflek diri segera melakukan
pengereman, insiden tidak bisa dihindarkan. Dalam situasi seperti itu,
kebanyakan orang spontan berkata kasar atau tidak patut. Tetapi, kalau bisa
memaafkan maka itu lebih baik.
Dan, tentu saja
masih banyak kejadian lain yang membutuhkan pemaafan dari kita. Mulai dari
cemooh orang di jalanan, sikap cuek mereka dalam berlalu lintas, bahkan sampai pada tahap pasangan
begitu sering memprotes kebaikan-kebaikan yang kita upayakan sekuat tenaga,
hingga anak yang sepertinya tidak mau mengerti kehendak orang tua. Semua butuh
pemaafan.
Ketika kita
memaafkan, hal buruk apapun tidak akan mengotori hati, sehingga pikiran kita tetap positif. Tetapi
begitu kita tidak memaafkan, emosi akan naik dan tentu saja reaksi dalam tubuh
kita menjadi tidak produktif untuk berpikir benar.
Betapa
pentingnya memaafkan ini, Allah sampai jadikan sebagai satu poin dari karakter insan bertaqwa.
“[yaitu] orang-orang yang
menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema’afkan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (134).” (QS. Ali Imran [3]: 134).
Mengapa
memaafkan itu penting dan dinilai sebagai wujud ketaqwaan dalam pandangan
Allah?
Alasannya
jelas, karena memaafkan itu memang tidak mudah. “Forgiveness isn’t always easy.”
Dengan kata
lain, orang yang
hidupnya suka melampiaskan kemarahan, kekesalan dan tidak mau memaafkan, maka
dia telah memastikan dirinya sendiri terperosok dalam ketidakbahagiaan.
Sebab sebuah
riset membuktikan bahwa sikap memaafkan akan berdampak positif terhadap kesehatan; gejala fisik, obat
yang digunakan, kualitas tidur, kelelahan, dan keluhan somatik. Jadi, memaafkan
itu membahagiakan.
Ketiga, bersyukur
Gambar 1.4 |
Bersyukur satu
sisi adalah perintah dari Allah, tetapi sisi yang lain bersyukur adalah kebutuhan hidup manusia itu
sendiri.
Orang yang
bersyukur akan mendapatkan banyak keuntungan. Mulai dari mengalami stres dalam
tingkat terendah dalam menghadapi dinamika kehidupan sampai pada merasakan
ketenangan kala malam tiba, terlebih jika diiringi dengan ibadah di malam hari.
Lebih jauh,
sebuah studi yang diterbitkan dalam Personality and Individual
Differences pada tahun
2012 menyebutkan bahwa bersyukur dapat menjadikan seseorang mengalami lebih
sedikit sakit dan nyeri, menimbulkan rasa lebih sehat di dalam hati, terdorong
untuk sadar dengan kesehatan dan tenu saja sangat besar kemungkinan berkontribusi untuk berumur
panjang.
Oleh karena
itu, bersyukurlah kepada Allah, kepada pasangan, kepada anak, kepada tetangga,
dan tentu saja kepada orang tua kita, guru dan mereka yang banyak mengarahkan
kita pada jalan kebenaran.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim [14]: 7). Wallahu a’lam.*
No comments:
Post a Comment