Sunday, 31 December 2017

Hentikanlah Saudaraku ...Ini Bukan Aqidah Salaf !!!




Hentikanlah Saudaraku,



Ramal-meramal nasib masa depan ternyata perbuatan dosa. Sayangnya masih banyak remaja Islam yang tidak tahu sehingga melakukannya. Ternyata banyak masalah aqidah yang remaja masih ‘blank’ (tidak tahu) tentangnya. Setiap kita harus  waspada.

Diantara hal yang patut diwaspadai adalah hal-hal yang terkait dengan kesyirikan. Ada syirik akbar yang membuat peakukanya keuar dari Isam. Diantaranya adalah:

1. Istighosah (minta tolong daam keadaan darurat), berdoa, memohon pertolongan dan mendekatkan diri kepada orang mati  dengan berbagai macam ibadah.

Perbuatan seperti ini termasuk syirik akbar, dapat mengeluarkan pelakunya dari Isam. Alloh berfirman, “Hanya kepadamu kami menyembah dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan.” (Al Fatihah: 5)


Obyek (kata ‘kepada-Mu) dalam ayat diatas didahulukan untuk menunjukkan batasan (hanya kepada Alloh, tidak kepada selain-Nya). Itu maksud dari kaimat tauhid laa ilaaha illallahyang bermakna tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh.


Diantara macam ibadah adalah :y berdoa. Dan memang doa itu termasuk ibadah, sebagaimana hadist Nu’man bin Basyir yang diriwayatkan Ahli Sunan bahwa Rosululloh bersabda, “Doa itu adalah ibadah”


Memalingkan ibadah kepada selain Alloh termasuk perbuatan syirik dan kufur. Alloh telah berfirman, “Dan barang siapa menyembah illah (sesembahan) yang lain selain Alloh, padahal tidak ada satu keterangan pun baginya tentangnya, maka sesungguhnya perhitungannya disisi Rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidaklah beruntung...” (al-Mukmin:117)

Kata ‘barang siapa’ bentuknya umum, meliputi siapa pun yang berdoa. Maka barang siapa yang berdoa kepada Alloh, namun juga berdoa kepada selain Alloh, siapapun saja yang diminta, akan termasuk golongan orang-orang yang kafir. Alloh berfirman, “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Alloh, maka janganlah kamu menyembah seseorangpun didalamnya disamping (menyembah Alloh).” (Al-Jin:18)


“Sesunggungnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Alloh ialah Al-Masih putera mariam,” padahal Al-Masih sendiri berkata: “Hai Bani Isroil, sebahlah Alloh Robbku dan Robbmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Al Maidah:72)

Termasuk dalam berdoa yaitu memohon dalam banyak hal, seperti memohon untuk diselamatkan dari bencana (istighotsah), memohon bantuan, pertolongan (istianah) dan lain sebagainya.


2. Meminta syafaat kepada orang yang sudah mati

Perbuatan ini juga termasuk syirik akbar, berdasarkan firman Alloh, “Bahkan mereka mengambil pemberi syafa’at selain Alloh. Katakanlah: “Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal? Katakanlah: “Hanya kepunyaan Alloh syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Az Zumar:43-44)


Dan firman Alloh Yang Mahasuci nama-nama-Nya,

“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpun kepada Rabbnya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa’at pun selain daripad Alloh, agar mereka bertaqwa.” (Al An’am: 51). Dan ayat-ayat lainnya.


Syafa’at hanyalah milik Alloh semata, tidak ada seseorang pun yang mampu memberi syafa’at selain Alloh, dari orang yang telah mati lagi terputus amalnya. Dengan demikian, meminta syafa’at kepada selain Alloh seperti orang yang telah wafat, termasuk perbuatan syirik. Pada hari kiamat, orang yang paling berbagia :) mendapatkan syafa’at Rosululloh adalah ahli tauhid yang terbebas dari segala bentuk syirik dan tulus dalam mengucapkan Laa ilaaha illallah.

3. Menyembelih korban dan bernadzar untuk kuburan, tempat-tempat keramat atau orang yang telah wafat

Hal ini termasuk syirik akhbar. Dalil tentang menyembelih kurban adalah firman Alloh, “Katakan: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Alloh, Rabb semesta alam. Tiada sekutu baginya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Alloh).” (Al-An’am:162-163)

Shalat hanya kepada Alloh semata. Demikian pula sembelihan, hanya boleh ditujukan kepada Alloh, tiada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana yang tergantung dalam ayat diatas.


“Maka sholatlah untuk Rabb-mu dan berkorbanlah.” (Al Kautsar: 2)

Menyembelih kurban termasuk ibadah yang mulia. Dilaksanakan dengan cara mengalirkan darah sembelihan secara ikhlas :L karena Alloh. Selain itu, didalamnya terdapat bentuk penghinaan diri, ketundukan dan permohonan seorang hamba kepada Alloh . disebut dalam hadist dari Ali, “Alloh melaknat orang yang menyembelih untuk selain Alloh.” (hadist marfu’ riwayat muslim dalam kitab shahihnya)


Dalil tentang nadzar adalah firman Alloh, “Apa saja yang kamu nadzarkan, maka sesungguhnya Alloh mengetahuinya. Orang-orang yang dzalim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (Al-Baqoroh: 270), dan firmannya, “Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata dimana-mana.” (Al-Insan: 7)
 

Ayat ini menunjukkan bahwa menunaikan nadzar termasuk perbuatan yang dicintai Alloh. Pelakunya akan diberika pahala dan perbuatannya termasuk ibadah. Jika ini ditujukan kepada selain Alloh, hukumnya adalah syirik, sebagaimana telah dijelaskan dalil-dalilnya.


4. Thawaf mengelilingi kuburan, mengusap dan mencari berkah dengannya
Semua ini adalah syirik. Thawaf termasuk ibadah yang mulia, tidak disyariatkan melainkan di Ka’bah. Demikian pula yang menyerupai thawaf, yaitu Sa’i antara Shafa dan Marwa. Segala yang tidak diperuntuhkan bagi Alloh, berarti melakukan suatu ibadah tidak pada tempatnya. Seperti mengeramatkan kuburan, menyerupakan dengan Ka’bah dan melakukan thawaf untuk selain Alloh.
Adapun mengusap dan mencari berkah dikuburan dengan harapan mendapatkan manfaat di dunia dan akhirat, termasuk bentuk penyembahan dan pengagungan terhadap kuburan. Sebagaimana yang telah diperbuat oleh orang-orang jahiliyah  terhadap sesembahan mereka. Barang siapa yang mengharap adanya manfaat dengan mengusap dan meminta berkah kepada kuburan, berarti telah mengagungkan sesuatu yang tidak pernah Alloh perintahkan. Dalil yang menyatakan perbuata ini termasuk syirik adalah hadist Abu Waqid Al Laitsi. Ia berkata,

“Kami keluar bersama Rosululloh ke Hunain dan ketika itu kami baru saja meninggalkan kekufuran (baru masuk islam). Dan orang-orang musyrik mempunyai pohon bidara. Mereka ber’tikaf dan menggantungkan senjata-senjata mereka di sebuah pohon bidara yang dinamakan dengan dzatu anwath. Ketika melewati pohon tersebut, kami berkata, “Wahai Rosululloh, buatkanlah untuk kami dzatu anwath. Maka Rosululloh menjawab, “Allohu Akhbar ini adalah sunah (jalan atau caranya) orang-orang terdahulu. Demi Alloh yang jiwaku ada ditangan-Nya, perkataan kalian seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, buatkanlah untuk kami sesembahan yang mereka miliki. Berkatalah Musa, “Sesungguhnya kalian adalah orang-orang bodoh.”(Hadist shahih riwayat Imam Ahmad dan At Tirmidzi)

Para sahabat saat itu hanya ingin berdiam diri dan memohon berkah. Walaupun demikian tetap menamakan permohonan mereka sebagai bentuk permohonan kepada ilah (sesembahan) selain Alloh. Perbuatan seperti ini adalah kesyirikan.

Setelah Rosululloh menjelaskan hal tersebut maka mereka pun sadar dan bertaubat. Adapun meminta berkah pada kuburan, berthawaf mengelilinginya dan mengusapnya lebih berat kesalahannya daripada perbuatan para sahabat tadi.

5. Memohon kepada orang-orang yang tidak hadir dan beristighosah kepada mereka karena adanya keyakinan mereka mampu memberikan manfaat dan mampu menolongnya,walaupun mereka jauh jaraknya.

Hal ini termasuk syirik akbar, berdasarkan firman Alloh, “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Alloh ada illah (yang lain) ? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya.”


6. Mengaku mengetahui ilmu ghaib :t atau mengetahui apa yang tertulis di lauhul mahfudz. Ini termasuk perbuatan kufur.

Alloh berfirman, “Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Alloh,” dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (An Naml: 65)

Dan firman Alloh,

“Dan di sisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai pun gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al An’am: 59)


Termasuk dalam perbuatan kufur ini adalah pengakuan sebagian kalangan sufi bahwa mereka mampu menyingkap hal-hal yang dianggap ghaib.

7. Mendengar kasidah-kasidah syirik, ridha dengan kesyirikan yang ada didalamnya padahal kita mengetahui.

Seperti kasidah Burdah yang dikarang oleh Al Bushairi dan kasidah-kasidah lainnya yang berlebihan terhadap Nabi atau selain beliau dari ahlul bait dan orang-orang shalih. Sebagian kasidah-kasidah syirik itu dinyanyikan ketika acara Maulud Nabi. Oleh karenanya, hal ini wajib dijauhi dan diingkari sebagai bentuk penjagaan terhadap agama. Semoga Alloh menyelamatkan kaum muslimin dari syirik dan segala macamnya.


8. Takut akan mendapatkan musibah dari para wali atau jin bila tidak melakukan hal-hal tertentu yang diwasiatkan wali atau jin tesebut.

Ini termasuk syirik besar. Berdasarkan firman Alloh, “Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Huud menjawab: “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Alloh dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (Hud: 54)


Takut atau khauf :f termasuk ibadah hati yang sangat penting dan wajib dilaksanakan secara ikhlas hanya kepada Alloh. Apabila seseorang takut kepada sesuatu , sebagaiman takutnya kepada Alloh. Maka dia telah terjatuh kedalam syirik. Adapun rasa takut tabi’I (yang bersifat wajar) maka tidaklah mengapa. Rasa takut yang bisa menyebabkan seorang lalai dari kewajiban atau tejerumus kedalam perbuatan yang haram juga tidak diperbolehkan. Seperti meninggalkan kewajiban amar mahruf nahi mungkar karena takut celaan manusia.

9. Bertanya kepada para peramal, dukun dan tukang sihir kemudian mempercayainya

Hal ini merupakan perbuatan kufur, berdasarkan sabda Nabi, “Siapa yang mendatangi peramal atau dukun, kemudian percaya dengan ucapannya, maka ia kafir dengan kafir dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad.” (Riwayat Ahmad dan Al Hakim), dalam riwayat sahabat, ibnu Mas’ud berkata, “Siapa yang mendatangi dukun dan tukang sihir, kemudian percaya dengan ucapannya maka ia kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (Riwayat Al Bazzar dan Abu Ya’la)

Apakah kafir didalam hadist-hadist ini maknanya adalah kufrun duna kufrin (kafir yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam) ? Ataukah tawaquf ?. Pendapat yang pertama adalah pendapat yang kuat. Pendapat yang kedua adalah pendapat yang masyur dari Imam Ahmad.

10. Berlebihan terhadap orang shalih atau para nabi dengan cara memberikan satu kekhususan Alloh atau bentuk peribadatan kepada mereka

Hal ini termasuk perbuatan syirik yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Dan (ingatlah) ketika Alloh berfirman, “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Illah selain Alloh.” Isa menjawab, “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan yang bukan menjadi hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib.” (Al Maidah:116)

Alloh juga berfirman,

Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Alloh kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih putera Maryam itu, adalah utusan Alloh dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tipuan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Alloh dan Rosul-rosulnya dan janganlah kamu mengatakan: “(Ilah itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Alloh Ilah Yang Maha Esa, Maha suci Alloh dari mempunyai anak, segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Alloh sebagai pemelihara.” (An Nisa: 171)


Rosululloh bersabda, “Janganlah kalian berlebihan terhadapku sebagaimana orang Nasrani berlebih-lebihan terhadap Isa anak Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-hamba-Nya, maka katakanlah hamba Alloh dan Rosul-Nya.” (Riwayat Al Bukhari)


Ini diantara kesalahan dalam masalah akidah, yang masih banyak dipraktekkan. Makanya, kita harus rajin-rajin belajar, agar tidak salah dalam :D akidah.



Dikutip dari majalah elfata “suplemen amalan praktis sehari-hari” edisi 08 volume 08 tahun 2008. :)

Monday, 18 December 2017

Pemimpin Itu Ibarat Pasar



 Pemimpin Itu Ibarat Pasar ???

MEDIA massa kita dipadati berita-berita politik yang nyaris seragam. Seiring dengannya, penjara-penjara kita juga dipenuhi narapidana yang ‘istimewa’. Banyak mantan menteri, kepala daerah, perwira militer, penegak hukum, pejabat publik, konglomerat, artis, dan anggota dewan yang sekarang justru mendekam di balik jeruji besi. Konon, kini penjara tidak menyeramkan lagi, karena telah dijejali oleh para priyayi dan orang-orang berpendidikan tinggi. Bagaimana bisa?
 
Gambar 1.1



Ketika merenungkan masalah ini, kami mendapati sepucuk surat yang pernah dikirimkan oleh ‘Abdullah bin Zubair (Sahabat Nabi) kepada Wahb bin Kaisan (Tabi’in). Surat ini kemudian dicatat oleh al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam karyanya, Hilyatul Awliya’. Dikatakan di dalamnya, sbb:
“Amma ba’du. Sesungguhnya orang-orang bertakwa itu memiliki tanda-tanda yang bisa dijadikan ciri untuk mengenali mereka, dan mereka pun bisa mengenalinya pada diri mereka sendiri, yaitu bersabar menghadapi bencana, ridha kepada ketetapan Allah, mensyukuri nikmat, dan tunduk kepada hukum al-Qur’an. Sungguh, pemimpin itu ibarat pasar. Apa saja yang laris disana pasti akan didatangkan ke dalamnya. Jika kebenaran laris di sisinya, maka kebenaran akan didatangkan kepadanya dan para pembelanya pun akan berdatangan. Jika kebatilan yang laris di sisinya, maka para pembela kebatilan pun akan berdatangan kepadanya dan laris di sekitarnya.”

Sungguh benar apa yang beliau katakan. Ini pulalah nasihat para ulama berikutnya kepada para pemimpin, seperti Imam Abul Hasan al-Mawardi dalam kitab Tas-hilun Nazhr wa Ta’jiluzh Zhufr fi Akhlaqil Malik. Ketika membahas bagaimana cara meluruskan rakyat, beliau menasehati penguasa untuk lebih dahulu meluruskan dirinya sendiri. Sebab, tidaklah mungkin meluruskan bayangan jika benda aslinya ternyata bengkok. Setelah mengulas berbagai akhlak buruk yang mestinya dijauhi oleh seorang pemimpin, beliau berkata, “Penguasa adalah orang yang jauh lebih utama untuk mewaspadai dan berhati-hati dari semua itu. Sebab, ada sangat banyak orang yang menginginkan dirinya, sebagaimana pasar yang didatangkan kepadanya semua yang laris di dalamnya. Setiap orang yang menemuinya pasti ingin dekat dengannya, entah melalui ucapan maupun tindakan; entah ingin mengejar kedudukan, memanfaatkan peluang, atau berhati-hati agar tidak terkesan melawan. Jika saja akal sehat tidak menghalangi mereka dan agama pun tidak menahan mereka, mereka pasti merajalela dalam kemunafikannya, lalu berkhianat dan melakukan praktek-praktek kotor.”

Maka, jika Anda seorang pemimpin dan kebingungan menyaksikan orang-orang di sekitar Anda, segeralah berkaca. Sadarilah, bahwa Anda tidak ubahnya pasar. Komoditas apa pun yang laku dan mudah didapatkan di sekitar Anda, pasti akan semakin ramai berdatangan. Semakin besar kuasa dan pengaruh yang Anda miliki, semakin besar pula apa yang berdatangan kepada Anda. Jika Anda seorang pemimpin yang jujur, maka para penipu akan kehilangan pasar dan dagangannya tidak mungkin laku. Sebaliknya, jika Anda adalah penipu, maka orang-orang jujur pasti kehilangan pelanggan dan segera menyingkir.

Adapun bagi rakyat biasa, kaidah ini bisa menjadi metode untuk mengenali calon-calon pemimpin dan meneropong para pemimpin yang tengah menjabat. Sebagaimana pasar ikan pasti dipenuhi oleh pedagang dan pembeli ikan, maka – kemungkinan besar – pemimpin yang korup juga akan dikelilingi oleh para koruptor, atau mereka yang menyukai korupsi. Secara psikologis, manusia cenderung berteman dengan orang yang sealiran dan sepemikiran. Jika para koruptor telah berkumpul, mereka akan bahu-membahu untuk memuluskan agenda korupsinya, sehingga sangat rapi dan sulit dibuktikan. Di dekat pemimpin semacam ini, hanya sedikit orang jujur yang lolos dari jerat-jerat mautnya. Biasanya, kelompok kecil ini akan menghadapi aneka tekanan dan isolasi yang menyengsarakan.
Gambar 1.2 Pemimpin buruk karena rakyatnya buruk


Dalam konteks lebih luas, kaidah ini juga bisa menjadi bahan muhasabah, merenung dan mengintrospeksi diri. Pada hakikatnya, para pemimpin adalah bagian dari masyarakat kita sendiri. Sebelum tampil berkuasa, mereka adalah orang-orang biasa seperti kita. Mengapa mereka sangat cepat berubah? Samar-samar sebenarnya kita juga patut menyangsikan diri kita sendiri. Bila saja posisi dan kesempatan yang ada di tangan mereka diserahkan kepada kita, dapatkah kita selamat? Di titik ini, setiap orang mestinya tunduk memohon perlindungan kepada Allah, bukannya mengangkat muka dan menepuk dada.

Para ulama terdahulu berpandangan bahwa tampilnya pemimpin yang buruk adalah hukuman Allah atas dosa dan kesalahan mereka. ‘Abdullah bin Bakr as-Sahmi (Atba’ Tabi’in, w. 208 H) berkata, “Semoga Allah memperbaiki kita dan para pemimpin kita, karena sesungguhnya kerusakan mereka adalah akibat dari dosa-dosa kita sendiri.” (Riwayat al-Khatthabi dalam al-‘Uzlah no. 232).
Artinya, kelahiran pemimpin yang buruk sebenarnya mencerminkan kegagalan sebuah generasi dalam mendidik anak-anaknya. Untuk menyikapinya, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar memang tetap dijalankan semaksimal mungkin, tetapi mereka tidak menyarankan pemberontakan. Solusinya adalah ishlah (reformasi) masyarakat secara utuh dan simultan.

Mereka pun tidak menyalahkan siapa-siapa, tetapi memperbaiki diri agar kelak bisa melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang lebih baik. Bagaimana pun, pemimpin hebat seperti Shalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad Al-Fatih hanyalah representasi sebuah generasi yang terdidik dengan baik, sebab di belakang mereka telah berdiri ribuan muslim-mujahid yang berbaris rapi di bawah satu komando. Mereka tidak berarti apa-apa jika hanya sendirian. Kini, kita telah menyaksikan semua tingkah-polah para pemimpin kita. Belum tibakah saatnya untuk meluruskan hidup dan memperbaiki diri? Wallahu a’lam.*/Alimin Mukhtar

Disqus Shortname

sigma2

Comments system

[blogger][disqus][facebook]