Sunday, 25 March 2018

Para Tetangga Rasulullah

Oleh: Fadh Ahmad Arifan

Empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang termasuk kesengsaraan seseorang: tetangga yang jelek, istri yang jelek, kendaraan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban).
***
Tetangga adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita. Dari hadis yang saya kutip, keberadaan tetangga merupakan salah satu indikator kebahagiaan seorang Muslim.
Dilihat dari sejarahnya, agama Islam sangat memperhatikan untuk menghormati hak-hak tetangga, baik sesama Muslim maupun non Muslim. Seperti Abdullah bin Umar memberikan sebagian kambing yang disembelihnya kepada tetangga non Muslim (Salabiah, Hadis Etika Bertetangga Sesama Muslim dan Non-Muslim, 2015, hal 91).

Masih terkait judul artikel ini, jika diajukan pertanyaan, “Siapa saja yang menjadi tetangga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam saat di Makkah dan Madinah?”. Sebetulnya mudah mengetahui siapa saja yang pernah menjadi tetangga Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam. Abu bakar, Umar bin khattab, Usman bin affan dan Ali bin Abi Thalib adalah sahabat dekat beliau yang tempat tinggalnya berdekatan. Ibaratnya, semua nama-nama yang saya sebutkan itu berdomisili dalam lingkup satu Rukun warga (RW). Selain beliau berempat, paman Rasulullah yang namanya diabadikan dalam sebuah surah dalam al-Quran yakni Abu Lahab adalah tetangga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.

Ibnu Ishaq berkata: “Orang-orang Quraisy yang suka mengusik Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam di rumah beliau ialah Abu Lahab, Al-Hakam bin Al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abu Mu’aith, Adi bin Hamra’ Ats-Tsaqafi dan Ibnu Al-Ashda’ Al-Hudzali. Mereka adalah tetangga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Di antara mereka, yang masuk Islam hanyalah Al-Hakam bin Abu Al-Ash” (Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah, Penerbit Akbar media, 2012, E-book diunduh dari scribd.com, hal 258).

Arqam bin Abu al-Arqam termasuk tetangganya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Saat dakwah Rasulullah di Makkah masih bersifat sembunyi-sembunyi, rumah al-Arqam yang terletak di kaki bukit Shafa dekat Masjidil Haram dipilih Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai tempat untuk mengajar agama Islam. Di rumah al-Arqam inilah Umar bin Khattab menyatakan diri untuk memeluk Islam, pada tahun ke enam dari kenabian. Dan begitu Umar masuk Islam, orang-orang Islam yang selama ini bersembunyi di rumah al-Arqam serentak keluar dan membaca takbir, kemudian berjalan menuju Ka’bah untuk beribadah tanpa rasa takut sedikitpun. (Akrom khasani, Metode dakwah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam di tengah pluralitas masyarakat Madinah, 2014,hal 99).

Sepupu Siti Khadijah, Waraqah bin Naufal adalah tetangga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Ia adalah seorang penganut Nashrani. Dikenal sebagai sosok yang anti dengan miras, mendalami Taurat dan injil. Wafat di awal kenabian Rasulullah dalam keadaan usia tua dan buta (H. Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah Kurun Makkah: Suatu Penafsiran Baru, Penerbit Mizan, 1995, hal 123).

Sewaktu Khadijah dicurhati oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam tentang peristiwa di Gua Hira’, Siti Khadijah menemui Pendeta Waraqah. Waraqah berkata, “Quddus, Quddus! Demi dzat yang jiwaku berada dalam tangan-Nya, jika engkau mempercayaiku, wahai Khadijah! Sungguh Jibril telah datang padanya sebagaimana Allah menurunkannya kepada Musa. Dan sungguh ia merupakan Nabi umat ini.” (Prof. Dr. Abdurrahman Umairah, Taman-Taman Cinta Kisah-Kisah Kekasih Hati Nabi Sh Penuh Hikmah dan Kesejukan, Mirqat, 2008, hal 14-15)

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bertetangga dengan Ahli Suffah yang menetap di area Masjid Nabawi. Jika mempelajari sejarah kemunculan tasawuf, pasti akan mendapati kisah kelompok ini. Abu Hurairah adalah tokoh sentral dari Ahli Suffah. Sahabat Rasul yang paling banyak meriwayatkan hadis itu menjadi semacam penghubung antara Rasulullah dan Ahli Suffah bila Rasul bermaksud mengundang mereka (M. Quraish shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, 2012, hal 609-610).

Orang-orang pada masa jahiliyah memanggil Abu Hurairah dengan Abdu Syamsin (Hamba Matahari). Begitu Allah Subhanahu Wata’ala memuliakan dirinya dengan Islam dan bertemu dengan Nabi Shalallahu Alaihi Wassallam yang bertanya kepadanya: “Siapa namamu?” Ia menjawab: “Nama saya adalah Abdu Syamsin.” Lalu Rasulullah bersabda: “Bukan. Namamu sekarang adalah Abdurrahman.” Ia membalas: “Baik. Namaku mulai sekarang adalah Abdurrahman. Demi ibu danayahku, ya Rasulullah!” Sedangkan ia dijuluki dengan nama Abu Hurairah (bapak kucing), karena saat ia masih kecil ia memiliki seekor kucing kecil yang selalu bermain dengannya. (Dr. Abdurrahman Ra’fat al-Basya, Kisah heroik 65 Sahabat Rasulullah saw, 2008, hal 371).


Bilal bin rabah dan Mu’adz bin jabal tidak boleh kita lewatkan sebagai tetangga Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam di Madinah. Beliau berdua tinggal dan menetap di dekat Masjid Nabawi. Bilal menjadi muadzin dan senantiasa bersama Rasulullah dalam perjuangan menegakkan agama islam. Sementara Mu’adz bin Jabal adalah penduduk asli Madinah. Beliau adalah tokoh terkemuka dari kaum Anshar. Masuk Islam dalam usia masih muda. (Drs. Muhsin M.K, Bertetangga dan Bermasyarakat dalam Islam, 2004, hal 92-94). Mu’adz bersama Abu Musa al-Asy’ari juga pernah ditugaskan ke Yaman.

Di Madinah, Rasulullah pernah bertetangga dengan seorang Yahudi. Buktinya beliau bermuamalah dengannya dan sampai menggadaikan baju perangnya. Dari Aisyah, beliau berkata : “Rasulullah wafat, sedangkan baju perang beliau masih digadaikan kepada seorang Yahudi dengan nilai tiga puluh sha’ gandum”. Merujuk artikel Ustadz Abu Nasim Muktar dalam Majalah Asy-Syariah edisi 81, Satu sha’ terdiri dari empat mud. Adapun satu mud seukuran empat kali dua telapak tangan. Di dalam Musnad asy-Syafi’i disebutkan bahwa kuniah orang Yahudi itu adalah Abus Syahmah.

Demikianlah artikel saya tentang orang-orang yang bertetangga dengan Rasulullah di Makkah dan Madinah. Sepanjang hidupnya, beliau dikelilingi sahabat-sahabat yang setia mendukung misi dakwahnya. Disamping itu ada yang menghambat dakwah beliau seperti Abu Lahab dan Abu Jahal. Tentu saja masih banyak tokoh atau sosok yang belum diulas disini. Mudah-mudahan ada penulis lain yang akan menyempurnakannya. Wallahu’allam.*
Penulis adalah alumnus MTsN 1 Kota Malang


Apa Persiapan Kita Menuju Ramadhan ???

RAMADHAN sudah tinggal sejengkal, namun sudahkah umat Islam menyiapkan dengan baik akan kedatangannya? Terlebih, beberapa hari lagi akan memasuki bulan Sya’ban yang merupakan bulan paling dekat dengan Ramadhan di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu gencar berpuasa dan beribadah di dalamnya.

Sejenak kita baca kembali sejarah ulama dan tokoh muslim terdahulu. Menurut Mu’alla bin Fadhl rahimahullah, para generasi terdahulu memiliki kebiasaan unik terkait persiapan Ramadhan. Persiapan mereka untuk menyambut Ramadhan bukan seperti kebanyakan orang di masa kini yang baru siap ketika Ramadhan dekat. Kalaupun siap, kebanyakan hanya berkutat pada masalah persiapan ragawi, bukan rohani.


Mereka –para salaf saleh- enam bulan sebelum Ramadhan sudah mempersiapkan dengan baik dan meminta kepada Allah ta’ala agar diberi kesempatan kembali merasakan berkah Ramadhan.
Dalam buku berjudul “Nidâ al-Rayyân fii Fiqhi al-Shaumi wa Fadhli Ramadhân” (1417: 163-164) Sayyid Husain Affani mencatat dengan sangat baik kondisi mereka. Alkisah,  ada suatu kaum dari kalangan salaf yang menjual budak wanitanya. Ketika Ramadhan sudah dekat, sang budak melihat mereka (tuan baru dan keluarga) bersiap-siap menyediakan makanan dan yang lainnya. Lalu budak itu bertanya perihal itu. Mereka menjawab, “Kami siap-siap untuk berpuasa Ramadhan.”

Mendengar jawaban demikian, lantas sang budak berkomentar, “Kalian tidak berpuasa melainkan Ramadhan! Sesungguhnya aku dulu berada pada suatu kaum yang semua waktunya adalah Ramadhan. Kembalikan aku pada tuanku yang dulu!” Narasi dan statement ini –meski dari budak- begitu bermutu tinggi. Ia mengungkap kondisi salaf saleh yang tidak membeda-bedakan ibadah baik di dalam maupun di luar Ramadhan. Karenanya, kalau mereka ditanya sudah siap menghadapi Ramadhan? Maka akan senantiasa siap karena hari-harinya adalah disadari laksana Ramadhan.

Senada dengan kisah tersebut, suatu hari, Hasan bin Shalih rahimahullah menjual budak wanita miliknya. Ketika pada pertengahan malam (di rumah tuan barunya), budak tersebut bangun untuk shalat dan memanggil seisi rumah, “Wahai penghuni rumah, shalat! Shalat!” Mereka menjawab, “Apa sudah waktunya shalat Subuh?” Ia menjawab, “Apakah kalian tidak shalat melainkan shalat wajib saja?” Ketika Hasan datang, budak itu berkata, “Kamu menjualku pada suatu kaum yang tidak shalat melainkan yang wajib saja. Kembalikan aku, kembalikan aku (kepadamu)!” Kalau pada kisah sebelumnya titik tekannya adalah puasa, pada kisah ini tekanannya adalah shalat malam. Persamaannya adalah ibadah mereka, di dalam maupun di luar Ramadhan tidak pernah dibeda-bedakan.

Suatu hari ada yang bercerita kepada Biysr rahimahullah, bahwa ada kaum yang beribadah dan bersungguh-sungguh dalam Ramadhan saja. Kemudian beliau berkomentar, “Betapa jeleknya kaum itu, hanya mengenal Allah pada waktu Ramadhan saja. Sesungguhnya orang saleh adalah yang beribadah kepada-Nya dan bersungguh-sungguh sepanjang tahun.”
Pernyataan Biysr ini semakin meneguhkan betapa mantapnya persiapan pasa salaf saleh dalam menghadapi Ramadhan.

Ketika salah seorang saleh ditanya mengenai mana yang paling utama antara bulan Rajab dan Sya’ban, ia menjawab, “Jadilah orang yang rabbani dan jangan menjadi Sya’bani!” Artinya, meski masing-masing memiliki keutamaan, mereka tidak membeda-bedakan antara bulan Ramadhan dengan bulan lain dalam hal ibadah dan kesungguhan.
Lebih mengesankan dari semua itu, ada diksi menarik yang diungkapkan sebagian salaf saleh terkait puasa, “Berpuasalah saat di dunia, dan jadikan waktu berbukamu adalah kematian. Dunia semuanya adalah Ramadhan. Orang-orang bertakwa berpuasa di dalamnya (dunia) dari syahwat-syahwat yang diharamkan. Jika maut telah menjemput, maka bulan puasa mereka sudah habis dan mereka memulai hari raya mereka.”
Mereka menganggap sebagai orang yang berpuasa (dalam arti mengendalikan diri) selama di dunia, dan baru merayakan Idul Fitrinya ketika sudah kembali kepada Allah.

Lalu, apa kabar Ramadhan? Sebagaimana salaf, sudahkah kita mempersiapkannya dengan baik jauh-jauh hari? Masihkah di antara kita ada yang membeda-bedakannya dengan bulan lain? Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan berpengaruh pada kualitas Ramadhan tahun ini jika masing-masing dari umat Islam mau mengevaluasi diri dan meneladani apa yang dilakukan salaf saleh.
Tulisan ini akan penulis tutup dengan dua buah bait syair dari salaf saleh:
وَقَدْ صُمْتُ عَنْ لَذَّاتِ دَهْرِيْ كُلِّهَا
وَيَوْمَ لَقَاكُمْ ذَاكَ فِطْرُ صِيَامِيْ
Sungguh aku telah berpuasa dari segenap kelezatan hidupku
          Pada hari saat bertemu dengan-Mu (saat meninggal) itulah hari raya Fitriku.*/Mahmud Budi Setiawan
Rep: Admin Hidcom
Editor:


Saturday, 24 March 2018

Mengunjungi Taman-Taman Surga

DI TENGGAH kesibukan kita, aktivitas yang begitu padat, terkadang membuat penat, jenuh, dan tentu saja melelahkan. Izinkan saya menyampaikan undangan untuk siapa saja. Namun, saya sangat berharap yang memenuhi undangan ini kebanyakannya adalah para pemuda.

Inilah isi undangan itu;
Kepada seluruh kaum muslimin, pria atau wanita, tua maupun muda (kepada yang muda sangat ditekankan) hadirilah undangan spesial dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَuntuk mengunjungi taman-taman surga yang ada di muka bumi. Nabi bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
“Jika kalian melewati taman syurga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman syurga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majelis Ilmu). (Riwayat At-Tirmidzi)
Ternyata undangan spesial dari nabi kita adalah menghadiri majelis ilmu. Inilah undangan spesial dari nabi kita. Siapa saja yang memenuhi undangan ini juga akan mendapatkan hadiah istimewa langsung dari Allah, apa saja? Ini dia
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda.
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya. (Riwayat Muslim)

Tidak tanggung-tanggung, Allah Subhanahu Wata’ala berikan langsung empat hal bagi tamu taman-taman surga ini yaitu Allah turunkan ketenangan dalam hati, Allah berikan rahmat bagi mereka, para malaikat Allah kumpulkan ditengah majelis itu, Allah sebutkan orang yang menjadi tamu taman surga itu dihadapan para malaikat-Nya.

Ternyata kabar gembira untuk tamu taman-taman surga ini belum selesai. Masih banyak kejutan bagi mereka. Inilah kabar gembira bagi mereka:
Mereka mendapatkan warisan para nabi
Karena para nabi tidak mewariskan harta dinar maupun dirham, tetapi yang diwarikan mereka adalah ilmu (HR. Ahmad)
Mereka dido’akan oleh seluruh makhluk
Tamu-tamu taman surga ini akan dido’akan oleh seluruh makhluk yang ada di langit maupun di bumi sampai ikan yang ada di dalam lautan mendo’akannya (HR. At-Tirmidzi dan Jami’us Shaghir)
Malaikat akan menbentangkan sayapnya bagi tamu di taman surga, atas  keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala pada mereka (HR. Ibnu Majah)
Mereka dihitung sebagai orang Fi Sabilillah (HR. At-Tirmidzi)
Tamu-tamu ini mendapatkan pahaji haji yang sempurna
Nabiصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
“Barangsiapa yang keluar menuju masjid dan tidak ada yang diinginkannya, kecuali belajar atau mengajarkan ilmu, baginya pahala sama dengan pahala haji yang sempurna.” (HR. Ath-Thabrani)
Nabi perintahkan untuk menyambut mereka, karena tamu taman surga ini adalah pengemban wasiat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( Shahih Al-Jami’)
Allah mudahkan jalan mereka menuju Surga  
Dan ketika kunjungan dari tamu taman-taman Surga ini selesai. Mereka mendapatkan hadiah yang paling dinanti oleh insan manusia, diampuni dosanya oleh Allah.
Rasuulullaah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
“Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah تَعَالىَ dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.” (HR.Ath-Thabrani)


Epilog

Tujuan saya menulis risalah ini untuk mengajak kaum muslimin –terkhusus para pemuda– untuk kembali ke masjid. Jawablah seruan itu, hadirilah taman-taman Surga yang terhampar di bumi ini. Apa yang lebih kita cari daripada ridho dan ampunan Allah? Bukankah ini undangan yang sangat spesial langsung dari nabi? Kita penuhi dan makmurkan masjid yang ada di bumi ini. Tidakkah kita ingin menjadi penerus risalah Rasulullah? Sebagai pewaris para nabi?
Siapa saja yang menjawab seruan nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmaka ia adalah pengemban wasiat nabi.
Berkumpul menyatukan barisan, menyambungkan hati, mentadabburi ayat Allah, mereguk manisnya ilmu, menghilangkan kegundahan dan kedengkian dihati, bertobat kembali pada Allah, dan ketika keluar dari majelis itu, kita semua sudah Allah ampuni dan Allah ridho terhadap kita.
Bersegeralah menghadiri undangan taman Surga ini, selagi masih muda.*/Sastrawan Tarigan
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
Topik: , ,

Sunday, 18 March 2018

Muliakanlah Dirimu Dengan Berhijab,Wahai Wanita

Oleh: Zainal Arifin
SEMENJAK Kapolri Jenderal (Pol) Sutarman memberi sinya dibolehkannya Polisi Wanita (Polwan) berjilbab, jutaan masyarakat Muslim Indonesia masih menunggu berita gembira ini segera terlaksana.
Tentusaja para Polwan Muslim di seluruh tanah air yang telah lama menahan keinginannya untuk berjilbab secara kaffah (total).

Wajar bukan, jika wanita Muslim yang berprofesi sebagai apapun mendapat kemudahan dan dukungan ketika menunaikan perintah agama yang diyakininya?
Begitupun memakai jilbab yang merupakan kewajiban bagi setiap Muslimah, karena memakai jilbab adalah hak asasi setiap individu wanita yang hendak menjaga auratnya.

Fenomena jilbab di kalangan wanita Muslim adalah hal yang sudah berlangsung cukup lama. Begitu banyak kajian yang telah dilakukan berkaitan dengan hal ini. Dan sudah barang tentu terdapat dua kubu yang saling bertentangan seperti umumnya yang sering terjadi dalam menyikapi sebuah fenomena. Satu kubu yang pro menganggap jilbab sebagai suatu kewajiban bagi seorang Muslimah seperti yang telah diperintahkan Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an. Di sisi lain, kelompok kontra menganggap jilbab sebagai bagian dari trend atau fashion semata. Bahkan, ada juga yang beranggapan jilbab dapat mengurangi profesionalitas seorang wanita dalam kariernya.

Budaya jilbab terus berupaya meng-counter perkembangan zaman yang telah banyak mempengaruhi perubahan – perubahan mendasar pada diri manusia, salah satu contoh yang mudah diamati adalah cara berbusana terutama pada kaum hawa. Sungguh memprihatinkan perubahan style busana pada wanita akhir – akhir ini, dimana busana bukan untuk menutup tubuh indahnya melainkan semakin mempertontonkan aurat yang harusnya terjaga. Hal ini juga yang mempengaruhi peningkatan tindak kriminal pada wanita sebagaimana berita yang sering kita lihat dan dengar di media masa. Maraknya perselingkuhan / gonta – ganti pasangan, pemerkosaan dibawah umur, aksi mesum remaja hingga oknum pejabat menjadi berita yang tiada putusnya sampai detik ini.

Dalam Islam, Allah Subhanahu Wata’ala telah mengatur busana kaum hawa melalui beberapa firman-Nya di dalam Al Qur’an, hal ini tentu mempunyai tujuan dan manfaat yang besar bagi kaum perempuan itu sendiri, bagi kaum pria di sekelilingnya dan tentunya bagi perkembangan generasi suatu bangsa. Karenanya, alangkah baik dan indahhya bila kesadaran diri memakai jilbab tersebut lahir tanpa paksaan atau instruksi dari pihak manapun, karena para wanita dengan sendirinya benar-benar mengerti alasan yang hakiki mengapa dirinya harus memakai jilbab. Berjilbab bukan hanya karena ingin mengikuti trend yang sedang laris digandrungi atau pengaruh teman atau karena adanya kebijakan dari atasan. Namun, mereka berjilbab karena tuntunan Islam yang senantiasa menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Demikian banyaknya ayat-ayat Allah yang memerintahkan kaum wanita untuk berbusana menutupi auratnya, semua bertujuan demi menjaga dan melindungi wanita dari kenistaan sebagaimana yang terjadi di era liberal seperti sekarang ini. Selain itu, aturan berjilbab merupakan bukti bahwa Islam sangat melarang adanya eksploitasi keindahan tubuh yang telah Allah anugerahkan pada diri setiap wanita. Berikut beberapa ayat-ayat Allah yang mengharuskan seorang wanita untuk berjilbab.
Ayat Pertama:
يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.” (QS. An Nur: 31).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa pada diri setiap wanita adalah perhiasan yang tidak boleh diumbar kecuali kepada mahramnya. Menurut Ibnu Mas’ud tentang perhiasan yang (biasa) nampak dari wanita: “(yaitu) pakaian” (Riwayat Ibnu Jarir). Artinya, yang boleh nampak dari wanita hanyalah pakaian, karena memang itu tidak mungkin disembunyikan.

Perintah ini nampak bertolak belakang dengan modernisasi zaman yang justru mengeksploitasi segala yang ada pada seorang wanita. Saat ini, wanita menjadi objek bisnis yang menggiurkan karena keindahan tubuhnya. Mulai dari model yang dijual keindahan lekuk tubuhnya, sampai pada tingkat pemuas nafsu pria hidung belang yang bergentayangan bagaikan buaya kelaparan.
Padahal semestinya keindahan tubuh seorang wanita hanya boleh dinikmati oleh suaminya yang telah sah menjadi imam dalam hidup di dunia ini.

Pertanyaannya, mengapa banyak wanita yang gemar memamerkan perhiasan tubuhnya kepada orang lain meskipun dirinya telah bersuami? Tidakkah dirinya takut dengan azab Illahi yang banyak menimpa kaum hawa?
Ayat selanjutnya;
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
 “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (dan leher) mereka.” (QS. An Nur: 31)
Berdasarkan ayat ini wanita wajib menutupi dada dan lehernya karena merupakan aurat seorang wanita. Allah sungguh lebih tahu umatnya. Bukankah telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa perilaku pelecehan seksual pada wanita sering dipicu oleh “pertunjukan” dada oleh wanita – wanita pengumbar aurat.
Ayat yang lain;
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن
 يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
 “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).
Inilah perintah yang menjadi identitas seorang Muslimah untuk selalu mengenakan jilbab di manapun dirinya berada.
Sebagaimana diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “Allah memerintahkan kepada istri-istri kaum mukminin, jika mereka keluar rumah karena suatu keperluan, hendaklah mereka menutupi wajah mereka dengan jilbab (pakaian semacam mukena) dari kepala mereka. Mereka dapat menampakkan satu mata saja.”

Dari ayat-ayat perintah berjilbab tersebut, tersirat sebuah tujuan mulia yakni menjaga martabat seorang wanita dari laki-laki asing (bukan mahramnya). Wanita yang baik akan menggunakan jilbab untuk menjaga hijab ketika bersosialisai dengan siapapun dan di manapun, kecuali kepada kerabat keluarganya. Dengan menjaga hijab, kehidupan seorang wanita akan jauh dari fitnah terlebih-lebih gosip di jaman seperti ini.

Dan masih banyak ayat-ayat Allah maupun hadits Rasulullah yang mengharuskan jilbab bagi seorang Muslimah jika dirinya ingin benar-benar mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.
Jilbab menjadi simbol bagi wanita yang terjaga, maka tidak dibenarkan bagi mereka yang berjilbab sementara perilakunya tidak terjaga dari perbuatan zina. Jilbab juga merupakan pelindung seorang wanita baik di dunia maupun di akhirat kelak, maka segeralah kaum hawa di atas bumi Allah ini mengenakan jilbab agar dirinya selamat.

Sungguh mulia para wanita yang hingga detik ini masih dengan bangga menutup aurat dengan cara berjilbab dan tetap istiqomah memakainya dalam keadaan apapun. Inilah bentuk perhatian Allah dengan menjaga para wanita penjaga hijab yang insya Allah akan selalu ditinggikan harkat dan martabatnya baik selama hidup di dunia maupun kelak di akhirat. Semoga kita semua adalah orang – orang yang beruntung karena termasuk dalam umat yang ikut memperjuangkan penegakan Risalah Islam, Amin ya robbal ‘alamin.*/Penulis pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Batam
Rep: -
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !

Tuesday, 13 March 2018

Jadilah Manusia Senang Di Dunia Dan Akhirat

PADA dasarnya bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini ada dua perkara, yaitu:
1. Ingin selamat dunia akhirat.
2. Ingin menjadi raja di dunia dan di akhirat.
Tujuan yang hendak ditempuh manusia di atas itu sangat berat dan sulit. Jika manusia salah menempuh kedua-duanya, maka akan lepas darinya, sehingga menjadi manusia yang sengsara di dunia dan sengsara di akhirat.

Menjadi manusia selamat di dunia itu sangat sukar dan sulit, sebab di dunia itu banyak sekali bahaya yang selalu mengancam keselamatan manusia. Tetapi bahaya dan penyakit yang mengancam manusia itu dapat dihindari oleh manusia yang mengerti, yaitu mengerti bagaimana cara menghindarinya.
Perlu kita ketahui bahwa penyakit dan hama yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia itu adalah penyakit ruhani dan hama hati, bukan penyakit jasmani. Kalau kita terserang penyakit jasmani, dapat berobat kepada dokter atau minum obat yang dibeli dari toko-toko obat. Tetapi kalau manusia terserang penyakit hati atau ruhani, jiwanya gelisah memikirkan darimana memperoleh rezeki, susah karena tanamannya terserang hama, atau hatinya susah karena ingin punya rumah yang baik. Penyakit-penyakit seperti ini sangat berbahaya dan sulit disembuhkan.

Timbulnya kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia di muka bumi ini tidak lain adalah karena ingin hidup senang. Manusia berjudi karena ingin punya uang banyak. Manusia mencuri karena ingin punya harta benda banyak. Manusia korupsi sebab ingin punya harta. Manusia bakhil karena harta bendanya takut berkurang. Salah satu penyebabnya karena yang ditempuh manusia untuk mencari kesenangan di dunia, maka sampai kapan pun tidak akan menemukan kesenangan, baik di dunia apalagi di akhirat.

Satu-satunya jalan untuk menempuh hidup senang sesungguhnya adalah menjadi manusia bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita. Kita bersyukur kepada Allah Ta’ala karena kita telah beriman dan bukan menjadi manusia yang kufur kepada-Nya.
Nikmat agama inilah yang paling besar yang harus kita syukuri dan harus kita pertahankan agar lekat di dalam jiwa dan jangan sampai terlepas dari jiwa kita.

Jika kita telah menjadi manusia yang benar-benar tawakal kepada Allah, yang kita awali dengan kesabaran, yaitu berijtihad dengan sungguh-sungguh dan bertawakal kepada ketentuan Allah, maka setelah menerima ketentuan dari Allah itu –yang kita syukuri dan terima dengan senang hati, maka kita akan menjadi manusia berbahagia di dunia dan juga berbahagia di akhirat nanti.*Sudirman STAIL
Sumber Buku: Nasihat Meraih Sukses. Penulis: Imam al-Ghazali.
Rep: Admin Hidcom
Editor: Syaiful Irwan
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android

Jika Bencana Datang Melanda ?

ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Yang akan menimpa kami hanyalah apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.‘” (QS. at-Taubah [9]: 51) Dan, dalam membuat ketetapan, Allah memiliki kebebasan penuh.
Ia juga berfirman, “Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Alam Nasyrah [94]: 5). “Bersabarlah (hai Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan berkat pertolongan Allah,” (QS. an-Nahl [16]: 127). “Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya,” (QS. an-Naml [27]: 62), dan, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali `Imran [3]:173)

Ketetapan-ketetapan universal agama tersebut adalah simpul-simpul keyakinan kepada Allah yang dipegang kaum Mukmin saat mereka tertimpa musibah dan digelapkan oleh kesulitan. Sebab, mereka tahu, semua kejadian telah ditetapkan Allah sebelumnya, sehingga yang dapat mereka lakukan hanyalah berserah diri kepada-Nya; kekuasaan memilih hanya milik Allah, sehingga tak ada yang dapat mereka lakukan selain percaya bahwa pilihan-Nya pasti baik; kemudahan mengiringi kesulitan, sehingga mereka menanti pertolongan-Nya; obat terbaik saat bencana menimpa adalah kesabaran, sehingga mereka berobat dengan cara kembali kepadaNya; Allah pasti mengabulkan doa, sehingga mereka pun mengangkat telapak tangan memohon kepada-Nya.

Dan, mereka tahu bahwa pertolongan Allah membuat mereka tidak butuh kepada pertolongan siapa pun selain-Nya, sehingga mereka bertawakal kepada-Nya. Obat musibah adalah husnuzhzhon, keyakinan yang tidak goyah oleh keputusasaan dan kehilangan harapan, kesabaran yang tidak kalah oleh kecemasan, optimisme yang tidak tersentuh kekecewaan, dan kepasrahan yang tidak ternodai penentangan.

Musibah menjadi ringan apabila balasannya disebut-sebut, ganjarannya diperlihatkan, waktu hilang dan berlalunya dapat ditunggu dan diperkirakan, terhibur dengan banyaknya orang yang terkena musibah, dan terbesarkan hati dengan upah dan kesenangan yang akan diterima dari Allah, karena musibah itu datang dari Tuhan seru sekalian alam.

Orang yang paling pantas mendapatkan kemenangan adalah orang yang telah berjuang keras. Orang yang paling layak memperoleh keamanan adalah orang yang telah meredam pelbagai kesulitan. Orang yang paling patut menerima kedekatan dengan Tuhan adalah orang yang telah menelan pelbagai kesedihan. Dan, orang yang paling berhak mendapatkan sambutan dari Tuhan adalah orang yang telah bersabar mengetuk pintu-Nya.

Segala sesuatu ada harganya, dan harga mutiara adalah kesulitan menyelam ke dasar lautan. Segala sesuatu ada nilainya, dan nilai kemenangan adalah kesakitan oleh luka-luka dalam perang kehidupan.
Segala sesuatu yang disukai ada pajaknya, dan pajak keberhasilan adalah air mata yang panas, darah yang tumpah, kelopak mata yang letih karena kekurangan tidur, badan yang lemah karena lelah bekerja, dan hati yang pedih karena banyak menderita.

Umur bencana lebih pendek daripada umur kesenangan, tapi pahalanya lebih besar daripada pahala kesehatan, pengalamannya lebih berharga daripada pengalaman kehidupan, dan kegunaannya lebih besar daripada kegunaan keselamatan. Di dalam bencana terdapat pelajaran, peringatan, dan kewaspadaan, dan bersamanya terdapat tabungan, pujian, dan catatan sejarah.*Dr. ‘A’id Abdullah al-Qarni, dikutip dari bukunya Silakan Terpesona.
Rep: Admin Hidcom
Editor: Syaiful Irwan
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android

KAMPUS ISLAM DIHANTUI CADAR ? WAJAR

PERKEMBANGAN  zaman biasanya diikuti dengan perubahan norma sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Kebiasaan menggunakan cadar pun semakin diminati, penggunanya semakin banyak bahkan mulai bermunculan komunitas-komunitas cadar khususnya di kalangan remaja.
Selain menunjukkan bahwa cadar adalah bagian dari syariat Islam, kehadiran merekapun berusaha meluruskan persepsi kebanyakan masyarakat masih terkena dampak media, seolah cadar identik “teroris”.
Tak heran jika anggapan seperti ini kerap kali muncul, seringnya aksi terorisme yang terekpos di Indonesia selalu pelakunya dikaitkan dengansosok agamis, kaum celana cingkrang, jenggot panjang dan jilbab bercadar.

Anehnya, UIN atau IAIN belakangan terlihat terbuka terhadap pemikiran Barat, tapi alergi corak keislaman berbau Arab
Tuduhan seperti itu sangat tendensius, disamping masih banyak lagi kejadian yang lebih keras efeknya dibanding isu terorisme baru-baru ini. Bahkan koruptor yang jelas merugikan negara pun bisa terlihat agamis saat menghadapi persidangan.

Menarik dari fenomena ini, belakangan ada salah satu kampus Islam di Yogyakarta yang mengeluarkan peraturan bagi mahasiswanya yang bercadar. Bukan sebuah larangan, tapi berupa pendataan dan pembinaan di setiap lapisan civitas kampus. Melalui surat bernomor B-1301/Un.02/R/AK.00.3/02/2018 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta baru-baru ini mengeluarkan surat edaran ‘penting’ bagi Direktur Pascasarjana, Dekan Fakultas dan Kepala Unit/Lembaga di kampusnya. Perlu disoroti tujuan dari pendataan tidak lain melakukan pembinaan bagi para pengguna cadar.

Pertimbangannya berupa peraturan kampus, dikatakan untuk mengantisipasi masuknya aliran-aliran yang tidak diharapkan di kampusnya.

Meskipun mereka sudah menjelaskan bahwa pihaknya tidak bermaksud memberikan stigma negatif bagi mahasiswinya yang bercadar, namun upaya untuk menginvestigasi kegiatan-kegiatan mahasiswa terselubung masih tetap dilakukan. Setidaknya info ini yang dijelaskan oleh Waryono, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama (detik.com 22/2/2018).

Memang pada dasarnya kampus berhak mengeluarkan aturan yang mengharuskan mahasiswanya terkait pakaian yang digunakan. Hal itu merupakan bagian dari norma akademik kampus, yakni ketentuan, peraturan dan tata nilai yang harus ditaati seluruh manusia berkaitan dengan aktivitas akademik. Begitupun sanksi yang ditetapkan untuk jenis pelanggaran baik yang bersifat akademik maupun non akademik.

Namun, hal ini tentunya dibatasi dengan peraturan yang berlaku. Dalam Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi bahwa Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip: (b) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Jika kampus dituntut untuk tidak diskriminatif, maka aturan pendataan dan pembinaan tertentu karena ditakutkan terkontaminasi aliran tertentu bisa jadi dinilai diskriminatif tergantung sudut pandang yang digunakan.

Penulis melihat mereka yang didata tentu merasa didiskriminasikan karena dirasa dicurigai oleh pihak kampus, kecurigaan kampus tentu akan berdampak kepada lingkungan kampus. Seharusnya menggunakan cadar adalah hak asasi manusia dan bagian dari nilai agama Islam yang harus dijaga di kampus Islam.
Bagi kampus yang mengeluarkan kebijakan merasa kebijakannya merupakan bagian dari antisipasi kemungkinan rusaknya persatuan dan kesatuan bangsa.
Namun hal itu harus dibuktikan terlebih dahulu bahwa pernah didapatkan penyebab hal yang dimaksud di kampusnya, jika tidak bisa dibuktikan maka kampus dinilai paranoid terhadap mahasiswanya.

Adakah mahasiswanya yang ditangkap oleh badan anti terorisme karena tindakannya merusak kesatuan bangsa, atau jika dikerucutkan mahasiswi bercadar mana yang terlibat dalam memecah belah bangsa. Jika tidak lantas kepentingan apa yang melatarbelakangi kampus memaksakan pembinaan kepada seluruh mahasiswinya yang bercadar.

Kampus harus bersifat netral dan tidak boleh dikendalikan oleh pengaruh apapun, setidaknya hal ini dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi.
Dalam penjelasan umum bahwa misi utama Pendidikan Tinggi adalah mencari, menemukan,menyebarluaskan, dan menjunjung tinggi kebenaran. Agar misi tersebutdapat diwujudkan, maka Perguruan Tinggi sebagai penyelenggaraPendidikan Tinggi harus bebas dari pengaruh, tekanan, dan kontaminasiapapun seperti kekuatan politik dan/atau kekuatan ekonomi, sehinggaTridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, danpengabdian kepada masyarakat, dapat dilaksanakan berdasarkankebebasan akademik dan otonomi keilmuan.
Berlebih-lebihan
Mencurigai pengguna cadar secara general sebagai pembawa ideologi impor adalah hal yang gegabah, ditambah pendataan dan pembinaan seluruh mahasiswi bercadar dinilai langkah yang kurang bijak. Ditakutkan berdampak kepada mental para mahasiswi bercadar di lingkungan teman-temannya bahwa dirinya bagian dari golongan yang dimungkinkan dimasuki aliran radikal. Sikap kampus kurang tepat karena secara tidak langsung bahaya itu digeneralisir bagi kaum cadar, padahal kampus adalah lingkungan yang menjunjung tinggi kebebasan akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Mengenakan cadar tidak lain untuk kebaikan pengguna dan orang yang melihatnya agar terjaga dari fitrah. Tidak pantas memberikan stigma negatif kepada para pengguna cadar, jangan sampai persepsi buruk terhadap cadar malah menimbulkan ketakutan bagi para muslimah yang awalnya tertarik ingin menggunakannya namun enggan karena sebab kecurigaan. Biarkan mereka menggunakannya sebagai bentuk menjalankan ekspresi keberagaman.

Jika merujuk pada UUD 1945 Pasal 28E Ayat (2) bahwa setiap orang berhak atas kepercayaannya, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Penggunaan cadar dijamin oleh konstitusi Indonesia, tidak berhak didiskriminasi dan direndahkan martabatnya. Sebagaimana Pasal 28I Ayat (2) bahwa setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat dikriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Tindakan kampus yang terlalu pro-aktif menanggulangi paham radikal dengan mengawasi wanita bercadar justru menimbulkan stigma negatif di tengah masyarakat. Awalnya bermaksud melakukan pembenahan namun dianggap mencoreng nama kampus berlabelkan Islam. Publik berharap kampus Islam seperti UIN mampu mencerminkan lingkungan ilmiah yang bernuansa islami.


Mengacu kepada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/255/2007 tentang Tata Tertib Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam, dalam Pasal Pasal 3 tentang Kewajiban dan Hak Mahasiswa bahwa setiap mahasiswa PTAI berkewajiban: (6) Berpakaian sopan, rapi, bersih dan menutup aurat terutama pada saat kuliah, ujian dan ketika berurusan dengan dosen, karyawan maupun pimpinan. Khusus bagi mahasiswi wajib berbusana muslimah sesuai dengan syari’at Islam.
Begitupun dijelaskan di Pasal 5 tentang Larangan bahwa setiap mahasiswa PTAI dilarang: (1) Memakai kaos oblong/tidak berkerah, celana atau baju yang sobek, sarung dan sandal, topi, rambut panjang dan/atau bercat, anting-anting, kalung, gelang (khusus laki-laki) dan tato dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi dan kegiatan kampus. Khusus bagi mahasiswi dilarang memakai baju dan/atau celana ketat, tembus pandang dan tanpa berjilbab dalam mengikuti kegiatan di kampus.

Sejak dulu UIN dipandang sebagai kampus yang inklusif dan ramah terhadap perbedaan pendapat, ragam pemikiran dan madzhab dari yang paling kanan hingga paling kiri pun dapat kita temukan. Entah mengapa belakangan ini terlihat terbuka terhadap mahasiswanya yang bercorak Barat namun alergi terhadap corak keislaman karena dianggap budaya arab dan tidak cocok bagi warga nusantara.
Meskipun masalah cadar sudah berulang kali dibahas bahwa penggunaannya bagian dari syariat Islam bukan impor timur tengah. Padahal di kampusnya dibahas hukum mengenakan cadar, maka hal yang wajar jika ita temukan banyak pengguna cadar di kampus Islam dibandingkan kampus umum lainnya yang tidak membahas seputar hukum cadar.

Hindari sikap standar ganda terhadap agama. Jangan sampai kita anggap pengguna cadar adalah orang yang memposisikan diri ekslusif atau bisa jadi anggapan itu muncul karena sikap egoisme kita ketika berkomunikasi dengan mereka. Curiga bukanlah sikap menghargai keberagaman, alangkah baiknya jika saling menghormati perbedaan khususnya dalam perkara agama yang sama. Waspada memang bentuk sikap kehati-hatian namun jangan dilandasi dengan kecerobohan, imbasnya bisa mengundang batil secara kebetulan.
Badan Eksekutif (BE) Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Jawa Barat. S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android



Pengusaha Aljazair Ini, Bayari Denda 19 M Untuk Ribuan Muslimah Bercadar Di Eropa.


Sahabat Majelis ilmu Salaf Seorang pebisnis dari Aljazair telah mengatakan akan membayar semua denda yang dihadapi ribuan wanita di Denmark karena memilih menggenakan burqa atau niqab, setelah pemerintah Denmark pada 6 Februari mengajukan sebuah larangan.

Rachid Nekkaz menanggung denda 1,538 wanita Muslim di enam Negara Eropa dengan nilai sekitar 19,6 Milyar

Rachid Nekkaz mengatakan, dia siap membayar denda bagi wanita muslim menyusul larangan burqa atau niqab oleh pemerintah Denmark.
Ia akan membayar denda bagi para wanita Muslim yang dihukum karena mengenakan burqa, niqab atau hijab di sejumlah negara di Eropa dan negara lainnya. Baru-baru ini Rachid Nekkaz, nama pengusaha Ajazair itu membayar denda untuk wanita muslim yang mengenakan burqa di Denmark.

Berbicara pada Anadolu Agency di depan parlemen Denmark, pada Sabtu, Rachid Nekkaz  mengatakan bahwa dia telah membayar 1,538 denda wanita yang menghadapi keadaan sama di enam negara, termasuk Prancis, Belgia, Swiss, Belanda, Austria dan Jerman.

Nekkaz dikenal karena membayar denda wanita yang menggenakan jilbab penuh yang menutup wajah atau burqa setelah pakaian itu dilarang di banyak negara Eropa, termasuk Perancis, pada 2010.
Aktivis politik
Pebisnis Aljazair dan aktivis politik mengumpulkan dana senilai satu juta euro untuk membayar denda-denda ini.

“Pemerintah di Eropa tidak menghasilkan solusi bagi Muslim untuk beradaptasi dengan Eropa, itulah mengapa komunitas Muslim di Eropa perlu lebih kuat untuk melindungi kepentingan mereka,” dia mengatakan.

“Sangatlah penting bagi saya untuk dapat mengirim pesan pada pemerintah Eropa dalam membatasi kebebasan sehingga mereka tidak dapat lakukan apapun yang mereka inginkan,” katanya.
“Jika ada larangan jilbab di negara di mana orang-orang ingin menggenakannya, Saya akan menjadi salah satu orang yang membayar denda mereka,” tambahnya.

Nekkaz mengatakan bahwa sebelum Denmark, dia telah melakukan perjalanan ke Iran untuk mendukung pembebasan 29 wanita yang ditahan pada 8 Maret karena menolak menggunakan jilbab di Hari Perempuan Internasional.
“Alasan Saya berada di sana ialah bukan untuk membela agama, tetapi untuk membela kebebasan. Prinsip kebebasan ialah hak universal.

“Jadi saya membela kebebasan mereka yang ingin menggenakan jilbab di Eropa dan mereka yang tidak jilbab di Iran,” katanya.
Nekkaz mengatakan bahwa penting bagi pemerintah Denmark untuk memahami bahwa wanita menggunakan jilbab atau penutup kepala atas kemauan mereka sendiri.


Larangan Jilbab membatasi kebebasan
Pada demonstrasi di parlemen Denmark hari Sabtu minggu lalu, Sara, seorang wanita Turki berumur 30 tahun, mengatakan pada Anadolu Agency bahwa larangan jilbab akan membatasi kebebasannya.
Karena dia menggenakan jilbab, Sara mengatakan bahwa larangan itu akan membuatnya tidak bisa keluar rumah.
Sara mengatakan bahwa diantara 5,7 juta populasi Denmark, hanya sekitar 50 wanita yang menggenakan jilbab.
Sara mengatakan bahwa pelarangan jilbab hanyalah awal dari larangan lain yang menarget umat Muslim.
“Pertanyaan saya untuk para politisi Denmark ialah: Kalian berbicara mengenai kebebasan, tetapi di mana kebebasan kami? Di mana kebebasan beragama kami?” tanyanya.*/Nashirul Haq AR
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android . I

Disqus Shortname

sigma2

Comments system

[blogger][disqus][facebook]