ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Yang akan menimpa kami hanyalah apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.‘” (QS. at-Taubah [9]: 51) Dan, dalam membuat ketetapan, Allah memiliki kebebasan penuh.
Ia juga berfirman, “Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Alam Nasyrah [94]: 5). “Bersabarlah (hai Muhammad), dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan berkat pertolongan Allah,”
(QS. an-Nahl [16]: 127). “Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang
dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya,” (QS. an-Naml [27]: 62),
dan, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali `Imran [3]:173)
Ketetapan-ketetapan universal agama tersebut adalah simpul-simpul
keyakinan kepada Allah yang dipegang kaum Mukmin saat mereka tertimpa
musibah dan digelapkan oleh kesulitan. Sebab, mereka tahu, semua
kejadian telah ditetapkan Allah sebelumnya, sehingga yang dapat mereka
lakukan hanyalah berserah diri kepada-Nya; kekuasaan memilih hanya milik
Allah, sehingga tak ada yang dapat mereka lakukan selain percaya bahwa
pilihan-Nya pasti baik; kemudahan mengiringi kesulitan, sehingga mereka
menanti pertolongan-Nya; obat terbaik saat bencana menimpa adalah
kesabaran, sehingga mereka berobat dengan cara kembali kepadaNya; Allah
pasti mengabulkan doa, sehingga mereka pun mengangkat telapak tangan
memohon kepada-Nya.
Dan, mereka tahu bahwa pertolongan Allah membuat mereka tidak butuh
kepada pertolongan siapa pun selain-Nya, sehingga mereka bertawakal
kepada-Nya. Obat musibah adalah husnuzhzhon, keyakinan yang tidak goyah
oleh keputusasaan dan kehilangan harapan, kesabaran yang tidak kalah
oleh kecemasan, optimisme yang tidak tersentuh kekecewaan, dan
kepasrahan yang tidak ternodai penentangan.
Musibah menjadi ringan apabila balasannya disebut-sebut, ganjarannya
diperlihatkan, waktu hilang dan berlalunya dapat ditunggu dan
diperkirakan, terhibur dengan banyaknya orang yang terkena musibah, dan
terbesarkan hati dengan upah dan kesenangan yang akan diterima dari
Allah, karena musibah itu datang dari Tuhan seru sekalian alam.
Orang yang paling pantas mendapatkan kemenangan adalah orang yang
telah berjuang keras. Orang yang paling layak memperoleh keamanan adalah
orang yang telah meredam pelbagai kesulitan. Orang yang paling patut
menerima kedekatan dengan Tuhan adalah orang yang telah menelan pelbagai
kesedihan. Dan, orang yang paling berhak mendapatkan sambutan dari
Tuhan adalah orang yang telah bersabar mengetuk pintu-Nya.
Segala sesuatu ada harganya, dan harga mutiara adalah kesulitan
menyelam ke dasar lautan. Segala sesuatu ada nilainya, dan nilai
kemenangan adalah kesakitan oleh luka-luka dalam perang kehidupan.
Segala sesuatu yang disukai ada pajaknya, dan pajak keberhasilan
adalah air mata yang panas, darah yang tumpah, kelopak mata yang letih
karena kekurangan tidur, badan yang lemah karena lelah bekerja, dan hati
yang pedih karena banyak menderita.
Umur bencana lebih pendek daripada umur kesenangan, tapi pahalanya
lebih besar daripada pahala kesehatan, pengalamannya lebih berharga
daripada pengalaman kehidupan, dan kegunaannya lebih besar daripada
kegunaan keselamatan. Di dalam bencana terdapat pelajaran, peringatan,
dan kewaspadaan, dan bersamanya terdapat tabungan, pujian, dan catatan
sejarah.*Dr. ‘A’id Abdullah al-Qarni, dikutip dari bukunya Silakan Terpesona.
Rep: Admin Hidcom
Editor: Syaiful Irwan
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com
dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android
No comments:
Post a Comment