DUA figur agung ini menempati posisi sangat
penting dalam memori umat Islam. Kebesarannya bukan hanya diakui
internal muslim, bahkan umat lain yang obyektif pun mengakuinya.
Dua sisi kepahlawanan yang begitu melekat dalam benak umat dari dua
sosok ini adalah keberhasilan dalam pembebasan Baitul Maqdis dan
toleransi yang begitu tinggi sehingga keamanaan beragama umat lain
terjamin. Tulisan ini akan berfokus pada jaminan keamanan beragama di
era Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Tak seperti Pasukan Salib saat memasuki Baitul Maqdis 1099 M melakukan pembantaian, Shalahuddin Al Ayyubi justru memberi kebebasan dan jaminan keamanan |
Era Umar bin Khattab
Pada tahun 15 H / 636 M, disaksikan oleh Khalid bin Walid, Amru bin
Ash, Abdurrahman bin ‘Auf dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu
‘anhum, perjanjian agung yang diinisiasi oleh Umar (w. 644 M) di Bumi
Baitul Maqdis menorehkan sejarah baru bagi kerukunan umat berama.
Pasalnya, pada momentum sangat bersejarah ini, Khalifah Kedua ini
membuat perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Elia.
Bagi yang memperhatikan dan menelaah secara saksama kandungan
perjanjian ini, maka tidak akan terbantahkan bahwa di dalamnya
mengandung jaminan keamanan bagi pemeluk agama.
Perjanjian ini berisi jaminan keamanan bagi penduduk Elia. Keamanan
menyangkut jiwa, harta, gereja, salib, orang lemah, orang merdeka dan
semua agama. Gerja dilindungi. Tidak akan dirusak, dikurangi bahkan
dipindahkan. Termasuk salib dan harta mereka juga dilindungi.
Berikut ini di antara paragraf penting yang termaktub dalam perjajian tersebut, “Bismillah
al-Rahman al-Rahim. Ini jaminan keamanan yang diberikan hamba Allah,
Umar, Amirul Mukminin kepada penduduk Elia. Umar menjamin keamanan hagi
seluruh jiwa, harta, gereja, salib, orang lemah, orang merdeka, dan
semua agama yang ada. Gcreja-gcrcja mereka tidak akan dihuni atau
dirusak, dikurangi atau dipindahkan. Demikian pula dengan salib dan
harta mereka. Mereka tidak akan dibenci karena agama.” (Qasim A. Ibrahim, 2014:145, 146)
Melalui perjanjian ini, Umar Al-Faruq menunjukkan kesejatian Islam
ketika memimpin dunia. Saat berkuasa, ternyata Islam mampu membangun
iklim yang sejuk dan nuansa perdamaian bagi para pemeluk agama. Bahkan,
sebelum perjanjian Elia pun, saat baru sampai di Baitul Maqdis,
toleransinya kepada umat lain sudah tercermin jelas.
Ketika ayah Hafshah ini memasuki kawasan Baitul Maqdis, Palestina,
beliau sempat masuk ke Gereja Al-Qiyamah (Holy Sepulchre). Bahkan sempat
duduk di halamannya. Pada saat yang bersamaan, tibalah waktu shalat.
Umar pun berkata, “Aku hendak melaksanakan shalat.” Uskup Agung
(Yerusalem Sophronius) pun menawarkan kepadanya untuk mendirikan shalat
di Gereja ini, namun tawaran tersebut ditolak agar tak muncul anggapan
bahwa gereja tersebut milik Muslim sehingga kelak bisa menimbulkan klaim
dan membangun masjid secara paksa (Khudhari, 1982: 102).
Karen Amstrong dalam buku “Jerusalem: One City, Three Faiths” (2011:228) mengakui betapa besarnya toleransi Umar kepada pemeluk agama lain. Penulis terkenal Inggris ini mencatat: “He presided over the most peaceful and bloodless conquest that the city had yet seen in its long and often tragic history.”
Intinya, khalifah pengganti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ini memimpin
penaklukan yang paling damai dan tanpa darah yang pernah dilihat kota
ini dalam sejarahnya yang panjang dan sering tragis.
Tak hanya itu, saat orang Kristen menyerah, tidak ada pembunuhan,
perusakan harta benda, pembakaran simbol agama, pengusiran atau
pengambilalihan. Bahkan tidak ada upaya untuk memaksa penduduk untuk
memeluk agama Islam
Era Shalahuddin Al-Ayyubi
Tak berbeda dengan Umar radhiyallahu ‘anhu jaminan keamanan
Shalahuddin Al-Ayyubi (w. 1193) kepada pemeluk agama lain tidak perlu
diragukan. Dalam catatan sejarah, di bawah pemerintahan beliau, rakyat
hidup aman dan sejahtera. Menariknya, rombongan Kristen dibolehkan
berkunjung ke Baitul Maqdis dan semakin hari jumlahnya makin banyak.
Ketika Richard khawatir Shalahuddin marah, akhirnya ia memintanya untuk
melarang peziarah yang tidak mendapat izin resmi atau rekomendasi dari
Richard. Apa jawaban Shaladuddin? Pahlawan muslim agung kelahiran Tikrit
ini menjawab dalam suratnya, “Mereka sudah datang jauh-jauh untuk
berziarah ke tempat suci ini. Jadi tidak mungkin bagiku untuk
menghalang-halangi mereka.” (Qasim A. Ibrahim, 2014 : 622)
Selain itu, yang tidak kalah menarik, Muhammad Ash-Shayim dalam buku
“Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pejuang Islam” (2006:51, 52) juga mencatat
dengan baik bagaimana toleransi Shalahuddin kepada agama lain. Tidak
seperti pasukan Salib yang ketika memasuki Baitul Maqdis 1099 M
melakukan berbagai pembantaian, justru Shalahuddin memberi kebebasan dan
jaminan keamanan dan sama sekali tidak menyimpan dendam. Beliau
menunjukkan simpati, bersikap lemah lembut dan memberi kebebasan kepada
pemeluk Nashrani untuk menjalankan ibadah, membebaskan panglima perang
Salib dan memberikan waktu 40 hari untuk pergi dari sana.
Karen Amstrong (2011:299) juga mencatat suasana aman ketika
Shalahuddin menguasai daerah Ascalon (Asqolan) pada tahun 1187.
Penaklukan yang dilakukan oleh Shalahuddin sangat indah. Yerusalem pun
menjadi tempat yang aman bagi pemeluk Kristen dan Yahudi. Maka tidak
mengherangkan bila tokoh sekaliber Shalahuddin ini dihormati kawan
maupun lawan. Karena di dalam jiwa terspimpan akhlak luhur yang menjamin
keamanan pemeluk agama lain.
Akhirnya, pembahasan ini dirasa penting di tengah kondisi umat Islam
Indonesia yang sedang dilanda teror bom bunuh diri. Dari keduanya umat
Islam secara khusus, atau umat lain pada umumnya bisa mengambil hikmah
dari kedua tokoh muslim kenamaan ini bagaimana toleransi Islam tercermin
dengan sangat menawan ketika memegang kendali pimpinan atas umat lain.
Mereka yang berada di bawah nauangan kekuasaan Islam, merasakan
dengan sangat riil keindahan toleransi beragama dalam Islam. Bukan
sekadar kata-kata indah, tapi sudah menjadi fakta sejarah.*/Mahmud Budi Setiawan
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com
dan Segera Update aplikasi hidcom untuk Android
. Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
No comments:
Post a Comment