Ayo Cerdas Memanafaakan Waktu Sesuai Syariat Islam
Oleh karena itu, siapa mengatur dirinya dengan waktu-waktu langit, niscaya tidak akan banyak masalah atau keluhan dalam hidupnya
Lihat Juga Mengapa Hanya Waktu Sisa ???
BANSGA Arab mengenal waktu adalah
pedang. Sedangkan Bangsa Barat menetapkan waktu adalah uang. Dan, sebagaimana
yang terjadi di masa kini, basis penetapan nilai akan sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk uang
bergantung pada durasi waktu.
Contoh sederhana, seseorang ingin menghubungi keluarganya menggunakan
handphone, maka berapa pulsa yang dibutuhkan bergantung pada berapa lama ia
berbicara.
Demikian pula
dalam hal konsultasi dengan pakar, semua berbasis waktu. Satu jam sekian, satu
hari sekian dan seterusnya. Prinsipnya waktu adalah penentu.
Akan tetapi, ada yang mungkin terlewat dari bahasan umat Islam, yaitu
tentang betapa pentingnya waktu-waktu langit. Waktu-waktu yang tidak mungkin bisa dipahami oleh seorang
manusia pun, melainkan bersumber dari ajaran Islam.
Waktu-waktu langit dimaksud adalah waktu Fajar, Dhuha, Dzuhur, Ashar,
Maghrib, Isya’ dan Lail (malam hari). Dan, Allah tidak jarang dalam penekanannya terhadap
sesuatu yang urgen menggunakan sumpah-Nya dengan waktu.
Menariknya, waktu-waktu langit itu sangat berkorelasi dengan perubahan
kondisi cahaya di langit. Waktu Fajar misalnya, yang Allah juga jadikan sumpah
dalam Surat Al-Fajr ayat pertama, adalah waktu perubahan langit dan alam secara drastis, yakni
hilangnya kegelapan dan bermulanya cahaya terang benderang.
Dengan kata lain, waktu Fajar adalah waktu urgen yang umat Islam mesti
memanfaatkannya dengan baik. Apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan di waktu fajar?
Pertama, bangun lebih dini. Siapa tidur di waktu Fajar besar kemungkinan matahari
akan mendahului jadwal bangun seseorang.
Mengingat waktu ini adalah waktu dimana malaikat malam dan siang
berkumpul, maka Rasulullah Shallalallahu Alayhhi Wasallam pun memberikan keteladanan setiap hari dengan
bersegera tidur di awal malam. Amalan tersebut membuktikan badan Rasulullah
lebih sehat, dan sholat di waktu Fajar bisa dilaksanakan secara maksimal.
Kemudian, bagi yang memiliki jiwa pembelajar, bangun lebih awal akan memungkinkannya
memiliki waktu cukup untuk taqarrub dan tadabbur hingga tiba waktu Fajar,
sehingga pagi hari baginya adalah masa dimana iman dan ilmunya terjaga, bahkan
terasah dan kian menguat. Terlebih jika waktu tersebut juga diisi dengan memohon ampunan kepada-Nya.
“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Al-Dzariyat [51]: 18).
Dari sisi kesehatan, Muslim yang bisa mengisi waktu Fajar akan memiliki beberapa
keuntungan. Mulai dari adanya space waktu untuk bisa berolahraga, belajar
hingga menyiapkan hal-hal penting, terutama sarapan pagi, sehingga tidak ada
istilah tidak sempat sarapan.
Selain itu, bangun lebih pagi ternyata menghindarkan seseorang dari serangan
depresi. Sebuah studi di Jerman pada tahun 2013 menyebutkan bahwa mereka yang
cenderung tidur terlalu larut dan sulit bangun pagi memiliki risiko depresi
yang tinggi.
Kedua, sholat sunnah Fajar. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud sholat sunnah Fajar
adalah sholat sunnah qabliyah, yang keutamaannya (sekalipun sunnah) menegasikan
segala macam kebanggaan manusia akan kekayaan alam semesta.
“Dua roka’at Fajar (sholat
sunnah qabliyah Subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).
Untuk memotivasi umatnya, Rasulullah pun tidak pernah mau ketinggalan
mengerjakan sholat sunnah Fajar ini.
“Nabi tidaklah menjaga shalat sunnah yang lebih daripada menjaga shalat
sunnah dua rakaat sebelum Subuh.” (HR. Muslim).
Ini baru uraian
tentang satu saja dari waktu-waktu langit yang ada. Bagaimana jika seluruh
waktu-waktu langit itu diisi sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya
syariatkan? Lail (waktu malam) misalnya, sungguh ada keutamaan yang tidak Allah
berikan di waktu lainnya.
Oleh karena
itu, siapa mengatur dirinya dengan waktu-waktu langit, niscaya tidak akan
banyak masalah atau keluhan dalam hidupnya.
Sungguh dampak paling nyata pun, berupa kesehatan, kecerdasan dan
kebahagiaan akan memancar dalam kehidupan. Oleh karena itu, masihkah kita akan
bermain-main dengna waktu. Padahal Allah telah jelaskan jenis-jenis waktu dan
bagaimana memanfaatkannya agar bahagia dunia akhirat?
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
No comments:
Post a Comment